Tafsir AL-Quran
Surat Ibrahim (Ibrahim) 52 Ayat

Tafsir Surat Ibrahim ayat 1

1 : سورة إبراهيم

الٓر كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ 1

Arti:

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.  (QS. Ibrahim : 1)

Translation:
Alif, Lam, Ra. [This is] a Book which We have revealed to you, [O Muhammad], that you might bring mankind out of darknesses into the light by permission of their Lord - to the path of the Exalted in Might, the Praiseworthy -


Tafsir Tahlili:

Surah ini dimulai dengan "Alif Lam Ra". (Lihat tafsirnya pada jilid pertama pada judul "mafatihus suwar".) Dalam firman Allah swt sesudah Alif Lam Ra menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad. Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah agar petunjuk dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Quran itu dapat menjadi tuntunan dan bimbingan kepada umatnya. Dengan petunjuk itu mereka dapat dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu pengetahuan serta peradaban yang tinggi, sehingga mereka memperoleh rida dan kasih sayang Allah swt di dunia dan di akhirat. Penegasan tentang fungsi Al-Quran ini sangat penting sekali, apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Quran, baik sebagian, maupun keseluruhannya. Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah swt, dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam menghadapi segala rintangan. Al-Quran merupakan jalan yang dibentangkan Allah Yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan umatnya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 2

2 : سورة إبراهيم

ٱللَّهِ ٱلَّذِى لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَوَيْلٌ لِّلْكَٰفِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ 2

Arti:

Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih,  (QS. Ibrahim : 2)

Translation:
Allah, to whom belongs whatever is in the heavens and whatever is on the earth. And woe to the disbelievers from a severe punishment


Tafsir Tahlili:

Allah swt kembali mengingatkan kekuasaan-Nya dalam ayat ini dengan menegaskan bahwa Dialah yang memiliki dan menguasai semua yang ada di langit dan di bumi. Oleh karena Allah swt adalah Pemilik dan Penguasa atas segala makhluk-Nya di alam ini, maka Al-Quran yang diturunkan-Nya adalah petunjuk ke jalan yang terbaik yang menjamin kebahagiaan hakiki..




Tafsir Surat Ibrahim ayat 3

3 : سورة إبراهيم

ٱلَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا عَلَى ٱلْءَاخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍۭ بَعِيدٍ 3

Arti:

(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.  (QS. Ibrahim : 3)

Translation:
The ones who prefer the worldly life over the Hereafter and avert [people] from the way of Allah, seeking to make it (seem) deviant. Those are in extreme error.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih menyukai kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi, menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan menginginkan agar orang-orang menjauhi jalan lurus yang diberikan Allah kepada manusia, mereka itu sesat sejauh-jauhnya. Berbagai urusan duniawi tidak boleh melalaikan kita dari mempersiapkan diri bagi kehidupan ukhrawi. Akan tetapi, kehidupan duniawi itu juga tidak boleh diabaikan sama sekali, sebagaimana firman Allah: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia (al-Qashash/28: 77) Orang-orang kafir tidak hanya mengingkari Al-Quran, tetapi juga menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar itu, yaitu menghalangi manusia mengenal ajaran Islam dan menjadikannya pedoman hidup. Dengan demikian, mereka adalah orang-orang yang sesat dan berusaha menyesatkan orang lain, sehingga kejahatan mereka berlipat ganda. Mereka juga berusaha dengan berbagai tipu daya agar jalan lurus yang ditunjukkan Allah itu menjadi bengkok. Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan apa yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu dan maksud jahat mereka. Dengan demikian, maka kesalahan yang mereka lakukan menjadi berlipat ganda lagi. Sewajarnyalah mereka itu ditimpa kemurkaan Allah karena mereka itu telah sesat dan kafir.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 4

4 : سورة إبراهيم

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ 4

Arti:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.  (QS. Ibrahim : 4)

Translation:
And We did not send any messenger except [speaking] in the language of his people to state clearly for them, and Allah sends astray [thereby] whom He wills and guides whom He wills. And He is the Exalted in Might, the Wise.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat yang terdahulu telah disebutkan bahwa diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw merupakan rahmat bagi manusia. Kemudian dalam ayat ini, Allah menjelaskan pula rahmat-Nya yang lain, yaitu diutus-Nya para rasul kepada suatu kaum menggunakan bahasa yang dipakai oleh kaum tersebut. Ini memudahkan komunikasi antara para rasul tersebut dengan umat mereka untuk memberikan penjelasan dan bimbingan kepada umat-umat tersebut. Akan tetapi, walaupun kitab suci telah diturunkan dalam bahasa mereka masing-masing, dan para rasul telah berbicara dengan mereka dalam bahasa yang sama, namun masih saja ada di antara mereka yang enggan mendengar, memahami, dan mengikutinya. Oleh karena itu, Allah membiarkan mereka ini sesat dan Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa dan Maha Bijaksana.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 5

5 : سورة إبراهيم

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّىٰمِ ٱللَّهِ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ 5

Arti:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.  (QS. Ibrahim : 5)

Translation:
And We certainly sent Moses with Our signs, [saying], "Bring out your people from darknesses into the light and remind them of the days of Allah." Indeed in that are signs for everyone patient and grateful.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini, Allah swt menunjukkan bahwa rasul-rasul yang telah diutus kepada manusia mempunyai tugas yang sama, yaitu menyampaikan ayat-ayat Allah untuk membimbing manusia ke jalan yang benar, mengeluarkan mereka dari kegelapan yang disebabkan kejahilan, kekafiran, dan kemaksiatan, kepada cahaya yang terang benderang karena iman, hidayah dan ilmu pengetahuan serta akhlak yang mulia. Allah menceritakan dalam ayat ini bahwa Nabi Musa a.s. pun telah diutus untuk menyampaikan tugas tersebut, dan diperintahkan untuk menyeru kaumnya. Allah berfirman, "Keluarkanlah umatmu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang, serulah mereka agar beriman, dan mengingat hari-hari Allah". Yang dimaksud dengan "hari-hari Allah" ialah peristiwa penting yang telah dialami oleh umat manusia terdahulu, seperti nikmat Allah yang telah mereka peroleh ketika lepas dari perbudakan Firaun, atau kemurkaan dan siksa Allah yang telah menimpa diri mereka karena keingkaran. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa "hari-hari Allah" tersebut mengandung tanda-tanda keesaan dan kekuasaan-Nya. Tanda-tanda tersebut hanya dapat dipahami oleh setiap orang yang sabar dan banyak bersyukur.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 6

6 : سورة إبراهيم

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَىٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ 6

Arti:

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu".  (QS. Ibrahim : 6)

Translation:
And [recall, O Children of Israel], when Moses said to His people, "Remember the favor of Allah upon you when He saved you from the people of Pharaoh, who were afflicting you with the worst torment and were slaughtering your [newborn] sons and keeping your females alive. And in that was a great trial from your Lord.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt mengisahkan tentang Nabi Musa yang mengajak umatnya untuk mengenang nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, yakni ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman Firaun beserta para pengikutnya, yang telah menyiksa mereka dengan siksaan yang berat, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan anak-anak perempuan mereka hidup. Kemudian Nabi Musa mengingatkan kepada umatnya bahwa semua pengalaman yang telah mereka lalui itu sebenarnya merupakan cobaan yang amat berat dari Allah terhadap mereka, untuk menguji keimanan dan ketaatan mereka kepada-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 7

7 : سورة إبراهيم

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ 7

Arti:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  (QS. Ibrahim : 7)

Translation:
And [remember] when your Lord proclaimed, 'If you are grateful, I will surely increase you [in favor]; but if you deny, indeed, My punishment is severe.' "


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 8

8 : سورة إبراهيم

وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِن تَكْفُرُوٓا۟ أَنتُمْ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ حَمِيدٌ 8

Arti:

Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".  (QS. Ibrahim : 8)

Translation:
And Moses said, "If you should disbelieve, you and whoever is on the earth entirely - indeed, Allah is Free of need and Praiseworthy."


Tafsir Tahlili:

Allah swt menjelaskan dalam ayat ini ucapan Nabi Musa a.s. ketika ia mengatakan kepada kaumnya, bahwa seandainya mereka dan orang-orang yang ada di bumi ini semuanya kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat dan rahmat-Nya, hal ini tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. Sebab, Allah swt Mahakaya, dan Terpuji, tidak memerlukan ucapan syukur mereka dan tidak membutuhkan amalan kebajikan mereka untuk kepentingan dirinya atau untuk menambah kebesaran dan kemuliaan-Nya. Kekafiran mereka itu akan merugikan diri sendiri, karena Allah tidak menambah nikmat dan rahmat kepada mereka. Firman Allah: Barang siapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba (Nya). (Fushshilat/41: 46)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 9

9 : سورة إبراهيم

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَؤُا۟ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَٱلَّذِينَ مِنۢ بَعْدِهِمْ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا ٱللَّهُ جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَرَدُّوٓا۟ أَيْدِيَهُمْ فِىٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَقَالُوٓا۟ إِنَّا كَفَرْنَا بِمَآ أُرْسِلْتُم بِهِۦ وَإِنَّا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَنَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍ 9

Arti:

Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya".  (QS. Ibrahim : 9)

Translation:
Has there not reached you the news of those before you - the people of Noah and 'Aad and Thamud and those after them? No one knows them but Allah. Their messengers brought them clear proofs, but they returned their hands to their mouths and said, "Indeed, we disbelieve in that with which you have been sent, and indeed we are, about that to which you invite us, in disquieting doubt."


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt bertanya kepada umat manusia apakah mereka pernah mendapatkan berita tentang umat-umat yang terdahulu, serta berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah mereka alami, misalnya berita tentang kaum Nabi Nuh, kaum Â'd dan kaum samud, serta umat yang datang sesudah mereka, yang hanya Allah sajalah yang benar-benar mengetahuinya? Mereka mendustakan para rasul padahal telah membawa bukti-bukti yang nyata. Mereka menutupkan tangan ke mulut untuk menunjukkan kebencian kepada para rasul tersebut, seraya berkata, "Sesungguhnya kami menging-kari apa-apa yang diperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada kami." Di samping itu, umat-umat tersebut juga mengatakan kepada para rasul bahwa mereka berada dalam keragu-raguan dan tidak yakin akan kebenaran yang diserukan para rasul kepada mereka.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 10

10 : سورة إبراهيم

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِى ٱللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى قَالُوٓا۟ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَٰنٍ مُّبِينٍ 10

Arti:

Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata".  (QS. Ibrahim : 10)

Translation:
Their messengers said, "Can there be doubt about Allah, Creator of the heavens and earth? He invites you that He may forgive you of your sins, and He delays your death for a specified term." They said, "You are not but men like us who wish to avert us from what our fathers were worshipping. So bring us a clear authority."


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa karena mereka menyatakan keragu-raguan terhadap apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka, terutama tentang kekuasaan Allah swt, maka para rasul tersebut mengatakan kepada umatnya, "Apakah patut adanya keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberikan ampunan atas segala dosa-dosamu, dan Dia telah menangguhkan siksaan terhadapmu sampai kepada suatu masa yang ditentukan-Nya ? Sebaliknya, umat dari masing-masing rasul itu mengatakan bahwa para rasul tersebut, menurut pandangan mereka, adalah manusia biasa seperti mereka dan tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Sebab itu, tidak ada alasan bagi mereka untuk menjadi pengikut rasul-rasul tersebut. Menurut mereka, para rasul itu sudah memalingkan mereka dari agama yang diwarisi dari nenek moyang mereka, serta menghalang-halangi mereka dari menyembah patung-patung yang menjadi sesembahan nenek moyang tersebut. Oleh karena itu, mereka meminta bukti yang nyata dari para rasul untuk menunjukkan kebenaran pengutusan mereka sebagai rasul Allah swt. Padahal, rasul-rasul itu telah mengemukakan mukjizat masing-masing, yang dikaruniakan Allah kepada mereka sebagai bukti kerasulannya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 11

11 : سورة إبراهيم

قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِن نَّحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَمُنُّ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَمَا كَانَ لَنَآ أَن نَّأْتِيَكُم بِسُلْطَٰنٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ 11

Arti:

Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.  (QS. Ibrahim : 11)

Translation:
Their messengers said to them, "We are only men like you, but Allah confers favor upon whom He wills of His servants. It has never been for us to bring you evidence except by permission of Allah. And upon Allah let the believers rely.


Tafsir Tahlili:

Untuk menjawab pertanyaan dan permintaan umatnya, maka dalam ayat ini disebutkan ucapan para rasul itu kepada mereka bahwa benar mereka hanyalah manusia seperti umat mereka juga, hanya saja Allah telah memberikan karunia kepada mereka, yaitu berupa kenabian dan kerasulan, yang disertai mukjizat yang hanya dapat digunakan dengan seizin Allah swt. Oleh sebab itu, bukanlah wewenang seorang rasul untuk mengemukakan mukjizat yang lain dari apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya. Pada akhir ayat ini ditunjukkan pula, bahwa tawakal adalah merupakan suatu prinsip dan sikap hidup yang harus menjadi pegangan bagi setiap orang yang beriman, apabila mereka sudah melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 12

12 : سورة إبراهيم

وَمَا لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيْتُمُونَا وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ 12

Arti:

Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri".  (QS. Ibrahim : 12)

Translation:
And why should we not rely upon Allah while He has guided us to our [good] ways. And we will surely be patient against whatever harm you should cause us. And upon Allah let those who would rely [indeed] rely."


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini diterangkan penegasan para rasul kepada umat mereka, bahwa bagi mereka tidak ada alasan sama sekali untuk tidak bertawakal kepada Allah swt, karena Dia telah memberikan rahmat dan nikmat yang banyak sekali kepada mereka. Di antaranya ialah bahwa Allah swt telah menunjukkan kepada mereka jalan lurus yang mengantarkan mereka kepada cahaya iman yang terang benderang sehingga mereka memperoleh rida-Nya di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, mereka akan menghadapi semua ancaman umat mereka dengan penuh kesabaran dan keuletan serta tawakal kepada Yang Mahakuasa. Hanya kepada Allah semata-mata orang-orang mukmin bertawakal dan berserah diri. Mereka tidak merasa gentar ataupun takut terhadap ancaman orang-orang yang tidak beriman karena segala sesuatu di alam ini tunduk di bawah kekuasaan Allah.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 13

13 : سورة إبراهيم

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُم مِّنْ أَرْضِنَآ أَوْ لَتَعُودُنَّ فِى مِلَّتِنَا فَأَوْحَىٰٓ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ 13

Arti:

Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,  (QS. Ibrahim : 13)

Translation:
And those who disbelieved said to their messengers, "We will surely drive you out of our land, or you must return to our religion." So their Lord inspired to them, "We will surely destroy the wrongdoers.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, diceritakan lanjutan dari ucapan kaum kafir terhadap rasul-rasul, di mana mereka mengancam para rasul itu akan diusir dari negeri mereka apabila tidak menghentikan dakwah kepada agama Allah. Kaum kafir tersebut mengajukan pilihan kepada rasul-rasul itu, apakah mereka menerima pengusiran itu, ataukah mereka bersedia untuk kembali kepada agama yang mereka warisi dari nenek moyang, yaitu agama syirik dan kufur. Selanjutnya dalam ayat ini dijelaskan, bahwa setelah adanya ancaman kaum kafir, maka Allah swt mewahyukan kepada rasul-rasul tersebut bahwa Dia pasti akan membinasakan kaum yang zalim itu. Wahyu ini merupakan dorongan moril yang amat besar artinya bagi masing-masing rasul yang sedang menjalankan tugas sucinya, sehingga mereka tidak merasa gentar untuk menghadapi umat yang zalim itu.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 14

14 : سورة إبراهيم

وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ ٱلْأَرْضَ مِنۢ بَعْدِهِمْ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِى وَخَافَ وَعِيدِ 14

Arti:

dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku".  (QS. Ibrahim : 14)

Translation:
And We will surely cause you to dwell in the land after them. That is for he who fears My position and fears My threat."


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan janji-Nya yang lain kepada para rasul, bahwa Allah akan menempatkan mereka di negeri-negeri itu, setelah umat yang zalim itu lenyap karena azab yang akan ditimpakan kepada mereka. Janji ini akan dilaksanakan-Nya untuk orang-orang yang bertakwa, yang merasa takut untuk menghadap Allah dengan dosa yang banyak, dan merasa takut kepada ancaman dan siksa-Nya. Dengan jelas dapat dipahami bahwa janji Allah yang disebutkan dalam ayat ini memperkuat janji-Nya yang telah disebutkan pada ayat di atas, tentang pembinasaan orang-orang yang zalim. Setelah mereka binasa dan lenyap dari muka bumi, maka rasul-rasul bersama umatnya masing-masing yang beriman dan taat kepada Allah menjadi penghuni negeri-negeri itu, dan mereka hidup dengan tenteram di bawah limpahan rahmat dan rida Allah.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 15

15 : سورة إبراهيم

وَٱسْتَفْتَحُوا۟ وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ 15

Arti:

Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala,  (QS. Ibrahim : 15)

Translation:
And they requested victory from Allah, and disappointed, [therefore], was every obstinate tyrant.


Tafsir Tahlili:

Orang yang beriman kepada Allah, mengharapkan rida dan kasih sayang-Nya, serta takut kepada ancaman dan siksaan-Nya, memohon kepada Allah agar diberi kemenangan atas musuh-musuh mereka yang zalim itu. Allah mengabulkan permohonan mereka. Maka binasalah kaum yang bersifat sewenang-wenang dan keras kepala itu. Sifat sewenang-wenang dan keras kepala adalah ciri-ciri dari orang-orang yang takabur, yang ingin menandingi kekuasaan dan kebesaran Allah. Mereka tidak mempedulikan hukum-hukum dan peraturan yang telah dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya untuk mengatur hubungan antara sesama manusia, agar tercapai kehidupan yang harmonis, saling mengasihi dan saling menghargai. Oleh sebab itu, selayaknya mereka menerima hukuman dari Yang Mahakuasa dan Maha Penyayang.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 16

16 : سورة إبراهيم

مِّن وَرَآئِهِۦ جَهَنَّمُ وَيُسْقَىٰ مِن مَّآءٍ صَدِيدٍ 16

Arti:

di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,  (QS. Ibrahim : 16)

Translation:
Before him is Hell, and he will be given a drink of purulent water.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini ditegaskan bahwa orang-orang yang menolak kebenaran dengan mengingkari rasul yang diutus Allah kepada mereka, bahkan berani mengancam akan mengusirnya, adalah orang-orang yang ingin menandingi kekuasaan dan kebesaran Allah. Mereka bersifat keras kepala, takabur, dan berbuat sewenang-wenang. Mereka telah berada di depan neraka Jahanam, bahkan dalam kehidupan di dunia, mereka telah merasa seperti di tepi neraka, selalu gelisah, khawatir, dan penuh keraguan. Di akhirat nanti, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dan diberi minuman dari air kotor seperti nanah. Hal ini merupakan hukuman bagi mereka yang tidak mempedulikan hukum dan petunjuk yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 17

17 : سورة إبراهيم

يَتَجَرَّعُهُۥ وَلَا يَكَادُ يُسِيغُهُۥ وَيَأْتِيهِ ٱلْمَوْتُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِن وَرَآئِهِۦ عَذَابٌ غَلِيظٌ 17

Arti:

diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat.  (QS. Ibrahim : 17)

Translation:
He will gulp it but will hardly [be able to] swallow it. And death will come to him from everywhere, but he is not to die. And before him is a massive punishment.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menggambarkan betapa berat siksaan yang akan diterima atau diderita umat yang zalim di akhirat kelak, yaitu siksaan dengan api neraka yang amat panas, mereka diberi minum yang kotor seperti nanah, dan mereka minum air kotor itu, akan tetapi amat sukar bagi mereka untuk meneguknya. Di samping itu, bahaya maut senantiasa mengancam mereka dari segala penjuru, tetapi kematian mereka ditangguhkan Allah, agar mereka merasakan kepedihan azab yang akan ditimpakan kepada mereka.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 18

18 : سورة إبراهيم

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ أَعْمَٰلُهُمْ كَرَمَادٍ ٱشْتَدَّتْ بِهِ ٱلرِّيحُ فِى يَوْمٍ عَاصِفٍ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا۟ عَلَىٰ شَىْءٍ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلْبَعِيدُ 18

Arti:

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.  (QS. Ibrahim : 18)

Translation:
The example of those who disbelieve in their Lord is [that] their deeds are like ashes which the wind blows forcefully on a stormy day; they are unable [to keep] from what they earned a [single] thing. That is what is extreme error.


Tafsir Tahlili:

Jika dalam ayat-ayat di atas Allah telah menjelaskan azab yang akan diderita orang-orang kafir dalam neraka Jahanam, maka dalam ayat ini dijelaskan-Nya kerugian besar yang akan mereka derita, yaitu pahala dari amalan kebajikan mereka di dunia, kalau ada, dihapus Allah. Dengan demikian, mereka tidak dapat merasakan manfaat apapun dari amalan kebajikan yang mungkin pernah mereka perbuat di dunia. Amalan-amalan mereka itu diibaratkan oleh ayat ini bagaikan abu yang ditiup angin kencang, hilang tanpa kesan. Keadaan yang demikian adalah akibat dari kesesatan mereka dan penyelewengan yang jauh sekali dari petunjuk Allah swt.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 19

19 : سورة إبراهيم

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ 19

Arti:

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,  (QS. Ibrahim : 19)

Translation:
Have you not seen that Allah created the heavens and the earth in truth? If He wills, He can do away with you and produce a new creation.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menyebutkan bahwa Dialah yang menciptakan planet bumi ini dengan langitnya (atmosfernya) dengan hak. Maksudnya, Allah menciptakan semuanya itu bukanlah dengan percuma melainkan penuh pengetahuan dan hikmah. Secara ilmiah bumi kita dan atmosfernya, mengandung substansi atau materi yang mendukung adanya proses kehidupan. Atmosfer bumi 70% terdiri gas nitrogen (N2), yang bersifat inert (tak berbahaya bagi makhluk hidup), namun sangat dibutuhkan untuk timbulnya suatu proses kehidupan, apalagi oleh dunia flora (tanaman). Sedang 20% dari atmosfer kita adalah gas oksigen (O2), yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan kehidupan semua makhluk hidup, karena oksigen akan memberikan energi untuk berlangsungnya proses metabolisme semua makhluk untuk kelangsungan hidupnya; melalui suatu proses yang kita kenal dengan respirasi (pernafasan). Bumi kita sendiri 70% berisi air (H2O), suatu zat (molekul kimia) yang sangat diperlukan sebagai media berlangsungnya proses-proses reaksi metabolisme untuk suatu kehidupan. Jarak bumi dengan matahari cukup moderat, yaitu 92,9 juta Mil atau sekitar 139,35 juta Km; sehingga sinar matahari mampu mengkatalisis (membantu) berlangsungnya proses kehidupan. Baik pada manusia (proses pembentukan vitamin D pada kulit), hewan, atau tumbuhan (asimilasi). Suhu bumi pada garis equator juga sangat moderat, rata-rata hanya 28-350C. Bayangkan dengan planet-planet lain yang masih dalam berada dalam tata surya, seperti planet Mars, yang atmosfernya mayoritas berisi gas metana (CH4) yang mematikan, jarak dari matahari sekitar 141,6 juta Mil atau 212,40 juta Km; suhu permukaan planet Mars (pada equator) 0-10oC; jadi lebih dingin dibanding Bumi. Atau Planet Venus dengan atmosfer yang sangat tebal dan jaraknya dengan matahari 67,2 juta Mil atau 100,80 juta Km, namun suhu planet tersebut cukup dingin karena adanya selimut atmosfer yang tebal. Suhu permukaan Venus pada equator diperkirakan -32oC. Sedangkan planet Jupiter dan Saturnus yang masing-masing jaraknya dari matahari adalah 483,4 juta Mil (725,10 juta Km) dan 886,3 juta Mil(1329,45 juta Km) mempunyai suhu rata-rata permukaan planet pada equator -143oC. Atmosfer Jupiter dan Saturnus didominasi oleh gas ammoniak (NH3). Jika Allah menghendaki, bumi dapat diubah dengan mudah menjadi kondisi seperti planet-planet itu, dan maka matilah semua makhluk bumi ini. Oleh sebab itu, manusia yang telah dijadikan Allah sebagai khalifah-Nya di bumi ini hendaklah memanfaatkan semua itu dengan cara yang baik dan untuk tujuan yang baik pula, sesuai dengan peraturan dan ketentuan-Nya. Akan tetapi, jika manusia itu menyimpang dari peraturan dan ketentuan Allah, maka Dia tidak akan membiarkan mereka berbuat kezaliman. Maka pada akhir ayat ini, Allah swt menegaskan kepada rasul-Nya bahwa jika Dia menghendaki maka Dia akan membinasakan umatnya dan akan mengganti mereka dengan makhluk yang baru. Penegasan ini adalah untuk mengingatkan rasul dan umatnya yang taat dan beriman kepada Allah, betapa besar dosa orang-orang kafir itu, karena dengan kekafiran tersebut mereka tidak mengakui kekuasaan Allah sebagai pencipta, dan pemelihara makhluk-Nya. Apabila manusia memikirkan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya terhadap manusia, niscaya mereka akan sampai kepada keyakinan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak untuk disembah dan dipuji serta ditakuti azab dan siksa-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 20

20 : سورة إبراهيم

وَمَا ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ بِعَزِيزٍ 20

Arti:

dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.  (QS. Ibrahim : 20)

Translation:
And that is not difficult for Allah.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah menegaskan pula bahwa memusnahkan semua itu tidaklah sukar bagi-Nya, karena Dialah pencipta dan penguasanya. Tidak ada sesuatupun yang kuasa menghalangi, apabila Dia menghendaki untuk menimpakan siksa kepada hamba-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 21

21 : سورة إبراهيم

وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ ٱلضُّعَفَٰٓؤُا۟ لِلَّذِينَ ٱسْتَكْبَرُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ قَالُوا۟ لَوْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ لَهَدَيْنَٰكُمْ سَوَآءٌ عَلَيْنَآ أَجَزِعْنَآ أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ 21

Arti:

Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri".  (QS. Ibrahim : 21)

Translation:
And they will come out [for judgement] before Allah all together, and the weak will say to those who were arrogant, "Indeed, we were your followers, so can you avail us anything against the punishment of Allah?" They will say, "If Allah had guided us, we would have guided you. It is all the same for us whether we show intolerance or are patient: there is for us no place of escape."


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menggambarkan keadaan yang akan terjadi kelak di Padang Mahsyar, di mana manusia dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan dari kubur, untuk memperhitungkan amal kebajikan dan perbuatan jahat yang dilakukan masing-masing orang ketika di dunia. Disebutkan dalam ayat ini, bahwa semua manusia akan berkumpul menghadap Allah di Padang Mahsyar, untuk dihisab dan mendengarkan keputusan Allah tentang nasib mereka selanjutnya. Dan setelah selesai dihisab, dan orang yang berdosa telah ditetapkan akan disiksa dalam neraka, timbullah kesadaran dan penyesalan dari kaum yang lemah iman yang telah teperdaya oleh bujukan orang-orang yang sombong di dunia ini yang memperlakukan diri mereka sebagai tuhan, dan kaum yang lemah iman sebagai hamba. Ketika itu, mereka yang lemah iman berkata kepada orang-orang sombong yang pernah menjadi ikutan mereka selagi di dunia, "Kami pernah menjadi pengikut-pengikut kamu ketika di dunia. Sekarang, dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab dan siksaan Allah, walaupun hanya sedikit saja?" Selanjutnya, dalam ayat ini disebutkan jawaban orang-orang yang sombong itu atas pernyataan tersebut, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, tentulah kami dapat pula memberi petunjuk kepada kamu. Sekarang keadaan kita sama, harus memilih antara mengeluh dan menyesali perbuatan kita, atau bersabar menerima nasib yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Kita sekali-kali tidak mendapatkan tempat untuk melarikan diri dari azab dan siksa-Nya." Ayat ini menggambarkan dengan jelas, betapa besarnya kesalahan yang telah dilakukan kedua golongan itu. Golongan pertama, yaitu mereka yang lemah iman, telah membiarkan diri mereka menjadi permainan kaum yang sombong di dunia ini, dan telah menghambakan diri kepada mereka, dan di akhirat ternyata yang mereka agungkan itu tak mampu membela diri mereka sendiri dari azab Allah, apalagi membela orang-orang lain yang telah mereka perhamba di dunia ini. Sedang golongan kedua, telah melakukan penipuan kepada kaum lemah di dunia ini dan berlagak sebagai tuhan. Di akhirat mereka dituntut pula oleh para pengikutnya untuk membela dan menghindarkan mereka dari azab Allah, akan tetapi mereka tidak berdaya apa-apa, berhadapan dengan kekuasaan dan kebesaran Allah swt.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 22

22 : سورة إبراهيم

وَقَالَ ٱلشَّيْطَٰنُ لَمَّا قُضِىَ ٱلْأَمْرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ ٱلْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوْتُكُمْ فَٱسْتَجَبْتُمْ لِى فَلَا تَلُومُونِى وَلُومُوٓا۟ أَنفُسَكُم مَّآ أَنَا۠ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَآ أَنتُم بِمُصْرِخِىَّ إِنِّى كَفَرْتُ بِمَآ أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 22

Arti:

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.  (QS. Ibrahim : 22)

Translation:
And Satan will say when the matter has been concluded, "Indeed, Allah had promised you the promise of truth. And I promised you, but I betrayed you. But I had no authority over you except that I invited you, and you responded to me. So do not blame me; but blame yourselves. I cannot be called to your aid, nor can you be called to my aid. Indeed, I deny your association of me [with Allah] before. Indeed, for the wrongdoers is a painful punishment."


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan pengakuan setan di hadapan Allah, setelah urusan hisab selesai di Padang Mahsyar. Setan senantiasa menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar, dengan memberikan gambaran sedemikian rupa, sehingga manusia yang terkena godaannya memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji. Dan di samping itu, setan juga memberikan janji-janji kepada orang-orang yang kena godaannya, yaitu keuntungan yang akan mereka peroleh jika mereka memenuhi ajakannya. Akan tetapi, ia tidak mampu memenuhi janji tersebut. Pengakuan setan setelah urusan hisab di Padang Mahsyar selesai ditujukan kepada orang-orang yang telah disesatkannya di dunia ini, baik golongan lemah yang telah memperhambakan diri kepada selain Allah, maupun golongan kuat dan sombong yang telah menganggap diri mereka sebagai Tuhan. Dalam pengakuannya itu, setan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada mereka janji yang benar, Dia kuasa untuk memenuhi janji-Nya itu. Setan pun telah memberikan janji kepada mereka, tetapi dia tidak kuasa untuk menepatinya. Setan sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap mereka, dia hanya sekedar menyeru manusia kepada sesuatu yang tidak benar, lalu mereka mematuhi saja seruannya itu tanpa menggunakan akal. Oleh sebab itu, manusia yang bersalah. Janganlah mereka mencercanya, melainkan cercalah diri sendiri. Setan sekali-kali tidak dapat menolong mereka dari azab dan siksa Allah, dan mereka pun tidak dapat menolongnya. Sesungguhnya setan sejak dahulu tidak membenarkan perbuatan manusia mempersekutukannya dengan Allah." Demikianlah keadaan di akhirat kelak. Kaum yang kuat dan bersikap sombong di dunia ini, yang telah menyesatkan kaum yang lemah, berlepas tangan dari orang-orang yang lemah yang telah menjadi korban kesesatan mereka. Selanjutnya, setan yang telah menggoda dan menyesatkan kedua golongan itupun berlepas tangan pula dari nasib orang-orang yang telah menjadi korban godaan palsunya. Semuanya tidak berdaya menghadapi keputusan Allah atas diri mereka. Pada akhir ayat ini, Allah kembali menegaskan bahwa orang-orang yang zalim, baik terhadap diri mereka ataupun terhadap orang lain, pasti akan mendapatkan azab yang pedih, sebagai balasan atas kezaliman mereka.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 23

23 : سورة إبراهيم

وَأُدْخِلَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَٰمٌ 23

Arti:

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam".  (QS. Ibrahim : 23)

Translation:
And those who believed and did righteous deeds will be admitted to gardens beneath which rivers flow, abiding eternally therein by permission of their Lord; and their greeting therein will be, "Peace!"


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini, Allah menyebutkan kembali kebahagiaan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan senantiasa beramal saleh, bahwa di akhirat kelak mereka akan ditempatkan di dalam surga, taman yang sangat indah yang di bawah pohon-pohonnya mengalir sungai-sungai yang jernih. Mereka akan tetap berada di dalamnya mengenyam kehidupan yang bahagia, dengan izin Allah sebagai balasan dari iman dan amal saleh mereka selama hidup di dunia. Di sana mereka saling mengucapkan, "Salam," yang berarti sejahtera dari segala bencana. Untuk kita yang masih hidup di dunia ini, agama Islam mengajarkan agar kita menggunakan ucapan selamat "Assalamualaikum" yang berarti "semoga anda senantiasa dalam kesejahteraan". Ini merupakan ajaran yang terbaik untuk mendidik manusia agar rela dan merasa senang bila orang lain beroleh kebahagiaan hidup dan kesejahteraan, sebagaimana ia merasa senang bila ia sendiri memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan itu, dan jauh dari rasa dengki dan hasad. Mengharapkan orang lain mendapat kesengsaraan atau kerugian dan mengharapkan lenyapnya kebahagiaan atau kebaikan dari seseorang adalah sifat yang sangat dibenci oleh agama Islam. Dalam hubungan ini Rasulullah saw telah bersabda: Tidak beriman seseorang di antara kamu, sampai ia cintai untuk saudaranya (sesama mukmin), apa yang ia cintai untuk dirinya. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 24

24 : سورة إبراهيم

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ 24

Arti:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,  (QS. Ibrahim : 24)

Translation:
Have you not considered how Allah presents an example, [making] a good word like a good tree, whose root is firmly fixed and its branches [high] in the sky?


Tafsir Tahlili:

Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "La ilaha illallah" atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. Hadis Nabi saw: Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, "Sedangkan menurut saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, "Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!" beliau menjawab, "Pohon itu adalah pohon kurma." (Riwayat al-Bukhari) Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 25

25 : سورة إبراهيم

تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 25

Arti:

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.  (QS. Ibrahim : 25)

Translation:
It produces its fruit all the time, by permission of its Lord. And Allah presents examples for the people that perhaps they will be reminded.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya pada setiap manusia, dengan seizin Tuhannya. Adapun proses pertumbuhan tanaman diperlukan berbagai unsur hara yang cukup banyak macamnya. Menurut jumlah yang diperlukannya, unsur hara ini dibedakan menjadi unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah banyak, dan unsur hara mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya mutlak diperlukan. Untuk sampai pada terjadinya buah, akar harus dapat memasok semua kebutuhan unsur hara ini dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Ada beberapa unsur hara yang apabila dipasok melebihi kebutuhannya akan menjadi racun bagi tanaman dan dapat menyebabkan kematian bagi tanaman (misalnya besi untuk tanaman padi). Sebab itu, manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah swt. Demikian pula halnya kata-kata baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah swt. Ibu bapak dalam rumah tangga haruslah senantiasa mempergunakan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi ucapan-ucapan kotor dan kasar, karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 26

26 : سورة إبراهيم

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ ٱلْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ 26

Arti:

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.  (QS. Ibrahim : 26)

Translation:
And the example of a bad word is like a bad tree, uprooted from the surface of the earth, not having any stability.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini disebutkan perumpamaan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelek, yaitu ucapan-ucapan yang mengandung kekufuran dan kemusyrikan atau yang mengajak kepada perbuatan maksiat. Kata-kata yang jelek itu diumpamakan sebagai pohon yang buruk, yang akarnya tercabut dari bumi, sehingga pohon tersebut tidak dapat tegak dengan kokoh, tidak dapat berdaun dan berbuah. Artinya tidak dapat memberikan buah dan manfaat lainnya bagi manusia, bahkan hanya memberikan mudarat, apabila pohon itu roboh dan menimpa mereka. Kata-kata yang jelek hanya dapat menimbulkan dosa, serta membangkitkan kemarahan dan kebencian. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hathim sebagai hadis marfu, bahwa syajarah khabitsah (pohon yang buruk) adalah handhalah yang rasa buahnya pahit. Orang-orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya sering meng-ucapkan kata-kata yang buruk, yang membahayakan dirinya dan mem-bahayakan orang lain. Demikian pula orang-orang yang sedang mabuk dan rusak akalnya, suka mengucapkan kata-kata yang jelek. Itulah sebabnya agama Islam mengajarkan kesabaran karena kesabaran mendorong seseorang untuk menguasai emosinya. Agama Islam juga melarang seseorang dari hal-hal yang merusak akal, seperti meminum minuman keras dan lain-lain.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 27

27 : سورة إبراهيم

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَ وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ 27

Arti:

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.  (QS. Ibrahim : 27)

Translation:
Allah keeps firm those who believe, with the firm word, in worldly life and in the Hereafter. And Allah sends astray the wrongdoers. And Allah does what He wills.


Tafsir Tahlili:

Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh, baik dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang. Dalam ayat ini selanjutnya, Allah swt menegaskan bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri, tanpa mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan sebagainya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 28

28 : سورة إبراهيم

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ بَدَّلُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا۟ قَوْمَهُمْ دَارَ ٱلْبَوَارِ 28

Arti:

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?,  (QS. Ibrahim : 28)

Translation:
Have you not considered those who exchanged the favor of Allah for disbelief and settled their people [in] the home of ruin?


Tafsir Tahlili:

Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi bukan untuk dijawab, melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk, dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, mereka pasti akan diazab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Mekah telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, dan tempat berdirinya Kabah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah swt telah mendatangkan air, makanan, dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai nabi dan rasul penutup, yang membawa agama Allah, yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia. Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin dan menghambat tersiarnya agama Islam. Oleh karena itu, Allah swt menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat, ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan. Allah menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia. Dari ayat ini dipahami bahwa Allah swt memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir, maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 29

29 : سورة إبراهيم

جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ ٱلْقَرَارُ 29

Arti:

yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.  (QS. Ibrahim : 29)

Translation:
[It is] Hell, which they will [enter to] burn, and wretched is the settlement.


Tafsir Tahlili:

Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi bukan untuk dijawab, melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk, dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, mereka pasti akan diazab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Mekah telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, dan tempat berdirinya Kabah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah swt telah mendatangkan air, makanan, dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai nabi dan rasul penutup, yang membawa agama Allah, yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia. Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin dan menghambat tersiarnya agama Islam. Oleh karena itu, Allah swt menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat, ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan. Allah menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia. Dari ayat ini dipahami bahwa Allah swt memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir, maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 30

30 : سورة إبراهيم

وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلُّوا۟ عَن سَبِيلِهِۦ قُلْ تَمَتَّعُوا۟ فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى ٱلنَّارِ 30

Arti:

Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka".  (QS. Ibrahim : 30)

Translation:
And they have attributed to Allah equals to mislead [people] from His way. Say, "Enjoy yourselves, for indeed, your destination is the Fire."


Tafsir Tahlili:

Ayat ini menerangkan tindakan kedua dan ketiga yang menyebabkan Allah menimpakan azab yang pedih kepada mereka. Sebab yang kedua ialah tindakan mempersekutukan Allah. Termasuk dalam tindakan ini ialah: 1. Mengakui Tuhan itu banyak. 2. Menyembah yang lain di samping menyembah Allah. 3. Mengakui sesuatu selain Allah mempunyai kekuatan dan kekuasaan seperti kekuatan dan kekuasaan Allah swt. Mempersekutukan Allah ini adalah kepercayaan orang-orang Arab Jahiliah. Mereka mempunyai sesembahan selain Allah. Sesembahan itu ada yang berupa patung-patung yang mereka buat, di antaranya ada yang mereka letakkan di sekeliling Kabah. Mereka percaya kepada tenung dan ramalan nasib. Jika mereka ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang penting atau perjalanan yang jauh, mereka pergi ke Kabah dan menyuruh penjaganya mengadakan undian. Hasil undian inilah yang menentukan apakah mereka akan melakukan pekerjaan atau perjalanan jauh itu atau tidak. Sebab yang ketiga ialah orang-orang kafir itu berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah. Mereka menghalang-halangi, bahkan membunuh orang-orang yang melakukan pekerjaan atau mengikuti agama Islam. Ketiga macam perbuatan di atas adalah perbuatan dosa besar. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad agar menyampaikan peringatan keras-Nya kepada manusia. Jika mereka tetap ingkar, biarkan mereka berbuat sesuka hatinya, bersenang-senang, dan berbuat kebinasaan di muka bumi dalam waktu tertentu, sampai Allah menimpakan azab yang keras kepada mereka. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah swt: Katakanlah, "Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka. (az-Zumar/39: 8)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 31

31 : سورة إبراهيم

قُل لِّعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَٰلٌ 31

Arti:

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.  (QS. Ibrahim : 31)

Translation:
[O Muhammad], tell My servants who have believed to establish prayer and spend from what We have provided them, secretly and publicly, before a Day comes in which there will be no exchange, nor any friendships.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, yang dapat membahagiakan manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Perbuatan-perbuatan itu ialah : 1. Melaksanakan salat. 2. Menginfakkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah swt. Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin mendirikan salat, karena salat itu tiang agama, sebagaimana sabda Nabi saw: Salat itu adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikannya, maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkannya, maka sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama. (Riwayat al-Baihaqi dari Umar bin al-Khaththab) Seseorang yang taat dan selalu melaksanakan salat sesuai dengan ajaran Al-Quran adalah orang yang suci jasmani dan rohaninya, karena salat itu mencegah orang yang mengerjakannya melakukan perbuatan keji dan perbuatan yang terlarang, sebagaimana firman Allah swt: ... dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Ankabut/29: 45) Dan firman Allah swt: Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (al-Ala/87: 14-15) Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah di hari kiamat ialah salat. Jika baik salat seorang hamba, maka baiklah perbuatannya, sebaliknya jika buruk salatnya atau tidak mengerjakannya, maka buruk dan rusak pulalah seluruh pahala amalnya yang lain. Rasulullah saw bersabda: Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah pada hari kiamat ialah salat. Maka jika baik amalan salat itu, baik pulalah seluruh amalnya, dan jika rusak amalan salat itu, rusak pulalah seluruh amalnya. (Riwayat ath-thabrani dari Anas bin Malik) Bahkan Allah swt menegaskan, bahwa orang yang selalu mengerjakan salat itu adalah orang yang menjadi pewaris surga Firdaus di akhirat, sebagaimana firman-Nya: Serta orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (al-Muminun/23: 9-11) Melaksanakan salat berarti mengerjakan salat terus-menerus, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan agama, lengkap dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, disertai dengan khusyuk dan ikhlas. Allah juga memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menginfakkan sebagian harta yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, sebelum datang hari kiamat, yaitu hari ketika semua pintu tobat telah ditutup, tidak satu dosa pun yang dapat ditebus, walaupun ditebus dengan emas sepenuh bumi. Tidak ada lagi seorang teman karib yang dapat menolong dan tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dan memberikan bantuan termasuk anak-anak dan cucu-cucu. Allah swt berfirman: Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. (al-hadid/57: 15) Dan firman Allah swt: Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim. (al-Baqarah/2: 254) Orang-orang yang terlepas dari azab hari kiamat itu hanyalah orang-orang yang selama hidup di dunia mengerjakan amal-amal saleh, senang bersedekah, sehingga hatinya suci dan bersih serta rela terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya nanti. Allah swt berfirman: (Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (asy-Syuara/26: 88-89) Senang menginfakkan harta merupakan pencerminan dari kepribadian muslim yang sesungguhnya, sebagai seorang yang telah menyerahkan diri, harta, dan kehidupannya kepada agama, semata-mata untuk mencari keridaan Allah swt. Perbuatan itu juga merupakan perwujudan dari rasa syukur kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya yang tidak terhingga banyaknya. Terhadap orang yang mensyukuri nikmat, Allah akan menambah nikmat lebih banyak dari nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya. Sebaliknya sifat tidak senang menginfakkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah adalah pencerminan pribadi orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-Nya serta pencerminan dari rasa ingkar terhadap nikmat Allah. Mereka merasa bahwa segala yang mereka peroleh itu semata-mata karena hasil jerih payahnya sendiri. Dengan sikap yang demikian berarti mereka telah zalim terhadap dirinya sendiri. Akibat zalim terhadap dirinya sendiri ialah tidak lagi mendapat tambahan nikmat dari Allah, bahkan mereka akan ditimpa azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Zalim terhadap orang lain ialah ia tidak mau memberikan atau mengeluarkan hak orang lain yang ada dalam hartanya. Zalim kepada masyarakat yang ada di sekitarnya ialah mengganggu kepentingan dan hubungan baik yang telah dijalin dalam masyarakat. Bahkan dari ayat ini dipahami bahwa orang yang kikir dan tidak mau membelanjakan sebagian hartanya itu adalah orang yang congkak dan sombong. Karena merasa dirinya telah mampu mengatasi segala macam kesulitan yang dihadapinya, termasuk kesulitan dan malapetaka yang akan menimpanya di hari kiamat nanti. Mereka merasa tidak lagi memerlukan tambahan nikmat dan pertolongan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Menginfakkan harta dalam agama Islam ada beberapa bentuk: 1. Membelanjakan harta untuk nafkah diri sendiri, anak-anak, kerabat, dan istri. 2. Menginfakkan harta untuk menunaikan kewajiban, seperti zakat harta dan zakat fitrah. 3. Menginfakkan harta untuk infak sunah. Membelanjakan harta untuk nafkah istri, kerabat, dan untuk menunaikan nafkah wajib, merupakan suatu kewajiban yang ditetapkan agama atas orang-orang yang beriman, dan ketentuan-ketentuannya tersebut di dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi. Sedang infak sunah yang diberikan untuk kepentingan umum dan untuk meninggikan kalimat Allah dikategorikan sebagai amal jariah, yaitu infak atau amal yang tidak akan putus pahalanya, walaupun orang yang memberi infak itu telah meninggal dunia, selama infak itu memberikan manfaat. Pemberian infak wajib, infak sunah, dan nafkah itu haruslah diiringi dengan niat yang ikhlas, semata-mata dilakukan untuk mencari keridaan Allah, terjauh dari sifat ria, ingin dipuji dan disanjung oleh sesama manusia. Karena itu Allah menyerahkan kepada manusia bagaimana cara sebaiknya memberi harta itu kepada orang yang berhak menerimanya, sehingga membuahkan pahala dari sisi Allah. Jika ia khawatir akan timbul rasa ria dalam hatinya, maka ia boleh memberikan harta itu secara sembunyi, tidak diketahui orang. Bila ingin perbuatannya ditiru orang lain, maka ia boleh pula memberikan hartanya itu dengan terang-terangan. Hendaklah kaum Muslimin ingat bahwa harta itu pada hakikatnya adalah milik Allah. Dianugerahkan-Nya kepada manusia agar mereka dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah selama mereka hidup di dunia. Oleh karena itu, jika seseorang telah memperoleh harta dan telah melebihi keperluannya, hendaklah diinfakkan kepada yang berhak menerimanya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 32

32 : سورة إبراهيم

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلْفُلْكَ لِتَجْرِىَ فِى ٱلْبَحْرِ بِأَمْرِهِۦ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلْأَنْهَٰرَ 32

Arti:

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.  (QS. Ibrahim : 32)

Translation:
It is Allah who created the heavens and the earth and sent down rain from the sky and produced thereby some fruits as provision for you and subjected for you the ships to sail through the sea by His command and subjected for you the rivers.


Tafsir Tahlili:

Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa sangat banyak melimpahkan nikmat kepada hamba-hamba-Nya. Di antaranya ialah: Allah Yang Maha Agung, yang ilmunya meliputi segala sesuatu, menerangkan bahwa Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, yang kejadiannya jauh lebih besar dan lebih sulit dari kejadian manusia, yang selalu disaksikan dan diperhatikan manusia dan pada keduanya terdapat pelajaran dan manfaat. Langit berupa ruang angkasa yang tidak terhingga luas dan besarnya, di dalamnya terdapat benda-benda angkasa berupa planet-planet yang tidak terhitung jumlahnya, masing-masing berjalan menurut garis edar yang telah ditentukan, mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah swt. Tidak ada satu pun dari planet-planet yang tidak mengikuti hukum itu, karena tidak mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan itu berarti kehancuran bagi seluruh planet-planet itu. Jika direnungkan, diperhatikan, dan dipelajari tata ruang angkasa yang rapi dan teratur itu, akan terasa ketiadaan arti manusia dan semakin terasa pula keagungan dan kebesaran Penciptanya. Allah juga yang menciptakan bumi yang merupakan salah satu dari planet-planet ruang angkasa, tempat manusia hidup, berdiam, dan mempersiapkan diri sebelum mengalami hidup yang sebenarnya di akhirat. Permukaan bumi ditumbuhi tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, dengan buahnya yang beraneka macam pula yang berguna dan bermanfaat bagi manusia. Di dalam perut bumi terdapat barang tambang yang beraneka macam. Semuanya itu diciptakan Allah untuk manusia. Dialah yang menurunkan hujan yang berasal dari uap air dan menjadi awan. Awan itu dihalau-Nya dengan angin ke tempat tertentu, hingga menjadi mendung yang hitam pekat, kemudian berubah dan jatuh sebagai hujan yang menyirami permukaan bumi. Dengan siraman hujan itu, tumbuh dan suburlah tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi besar, berbunga, dan berbuah, sebagaimana firman Allah swt: Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah. (al-hajj/22: 5) Dan firman Allah swt: (Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit." Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. (thaha/20: 53) Secara kauniyah (sains) ayat ini menjelaskan tentang siklus biosfer (Biospheric Cycle). Allah menegaskan kembali akan kekuasaan-Nya dalam mengatur kehidupan di bumi ini. Dari air yang tercurah dari langit, maka muncullah kebun-kebun yang subur yang mengeluarkan buah-buahan, yang kesemuanya diperuntukkan sebagai rezeki bagi manusia. Kemudian dalam ayat tersebut dilanjutkan dengan "Dia menundukkan kapal bagimu", dan juga "Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu". Menundukkan dalam kedua kalimat ayat di atas diterjemahkan dari kata dalam bahasa Arab sakhkhara. Ini mengisyaratkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya (teknologinya) dalam membuat atau menciptakan kapal yang mampu berlayar di lautan, atau dalam pengelolaan sungai, sebagai tempat untuk pelayaran atau keperluan lainnya. Jika manusia menggunakan akalnya dengan menggunakan ilmu pengetahuan alam (ketentuan Allah) sehingga dapat menemukan sendiri ketentuan Allah yang digunakan Allah untuk mengendalikan kapal, maka manusia tadi dapat mengusahakan agar kehendak manusia sejalan dengan kehendak-Nya dan ketentuan-Nya, Ketentuan Allah itu menunjukkan bagaimana mengkonstruksikan kapal agar bisa mengangkat tubuhnya beserta muatannya agar tidak tenggelam. Ketentuan Allah menunjukkan bahwa suatu benda yang mengapung di air akan memindahkan air sebanyak isi benda tersebut. Berat dari air yang dipindahkan benda tadi akan sebanding dengan tekanan ke atas yang dialami oleh benda itu. Dengan membuat kapal berongga maka akan tercapai volume luar yang besar, tapi beratnya kecil karena berongga. Oleh sebab itu, tubuh kapal dan muatannya itu mampu diangkat kekuatan ke atas hingga mengapung. Dengan menggunakan mesin penggerak yang serupa dengan kendaraan darat tapi telah disesuaikan sedemikian rupa, maka kapal itu selain mampu mengapung juga mampu bergerak ke arah yang dikehendaki. Demikian penjelasan dari sudut kajian saintis. Allah menjelaskan yang demikian itu agar manusia mengetahui betapa besar kekuasaan-Nya dalam mengatur hidup dan kehidupan di permukaan bumi ini dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada manusia. Bagi manusia yang suka memperhatikan kejadian hujan, tumbuh-tumbuhan, serta proses kehidupan di permukaan bumi ini akan mengetahui betapa tingginya nilai hukum Allah dan betapa luas ilmu-Nya, yang berlaku secara tetap, tiada henti-hentinya sampai kepada waktu yang ditentukan-Nya. Allah juga memerintahkan manusia memperhatikan air yang diminumnya agar mereka bersyukur, sebagaimana firman-Nya: Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur? (al-Waqiah/56: 68-70) Allah menaklukkan kapal (bahtera) bagi manusia maksudnya ialah memberikan kemampuan kepada manusia membuat kapal dan menjadikannya dapat mengapung di permukaan air dan berlayar ke tempat yang dikehendakinya, membawanya ke segenap penjuru dunia. Allah swt menaklukkan lautan bagi manusia sehingga laut itu dapat dilayari kapal-kapal yang mengangkut segala keperluan mereka, sebagaimana firman-Nya: Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan, dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai. (Yasin/36: 41-42) Dengan kapal itu pula, manusia bersenang-senang menikmati pelayaran. Dengan kapal itu pula mereka mencari nafkah, menangkap ikan, mencari hasil-hasil lautan, dan mencari barang tambang yang tidak ternilai harganya. Semuanya itu merupakan nikmat Allah kepada manusia. Allah menundukkan sungai-sungai bagi manusia, seperti memberi kemampuan untuk membendung dan mengalirkannya untuk kepentingan pertanian, serta mengubah arus air yang deras itu menjadi sumber tenaga yang bermanfaat, seperti kincir air dan arus listrik. Sungai dapat juga berfungsi sebagai jalan raya yang dilalui kapal-kapal dan merupakan urat nadi perdagangan. Untuk memperpendek lalu-lintas sungai maka manusia membuat terusan-terusan yang menghubungkan antara sungai yang satu dengan sungai yang lain, dan antara lautan yang satu dengan lautan yang lain. Air sungai yang kotor dapat dibersihkan, sehingga dapat menjadi air minum yang sangat diperlukan.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 33

33 : سورة إبراهيم

وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَآئِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ 33

Arti:

Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.  (QS. Ibrahim : 33)

Translation:
And He subjected for you the sun and the moon, continuous [in orbit], and subjected for you the night and the day.


Tafsir Tahlili:

Demikian pula sebagai nikmat Allah swt kepada manusia ialah Dia telah menaklukkan bagi manusia matahari dan bulan, yaitu menjadikan matahari dan bulan terus menerus berjalan mengelilingi garis edarnya, yang menimbulkan terang dan gelap yang berfaedah bagi hidup dan kehidupan makhluk. Dengan tetapnya matahari dan bulan, demikian juga planet-planet yang lain, berjalan mengelilingi garis edarnya, akan terhindarlah terjadinya benturan yang dahsyat antara planet-planet yang ada di cakrawala, sebagaimana firman Allah: Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin/36: 39-40) Keberadaan garis edar yang terus menerus dilalui oleh setiap planet, telah memberi jalan kepada manusia sampai ke bulan, memberi kemungkinan yang besar bagi manusia untuk berusaha mencapai planet-planet yang lain. Dengan perantara garis edar itu pula, manusia dapat menempatkan satelit-satelit yang dapat digunakan untuk kepentingan umat manusia, seperti untuk mengetahui keadaan cuaca, untuk memperlancar hubungan telekomunikasi dan sebagainya, sehingga hubungan antar negara yang semula dirasakan jauh, maka sekarang dirasakan bertambah dekat. Allah swt menundukkan pula bagi manusia siang dan malam. Siang dapat digunakan manusia sebagai tempat berusaha, beramal, dan bermasyarakat. Sedangkan malam dapat dijadikan sebagai waktu untuk beristirahat dari kelelahan setelah berusaha di siang hari. Allah berfirman: Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (al-Qashash/28: 73) Dalam ayat ini pula Allah menggunakan kata sakhkhara (menunduk-kan), yang mengisyaratkan kita untuk menggunakan akal dalam memanfaat-kan baik matahari, bulan, maupun fenomena malam maupun siang. Dengan demikian sakhkhara ini mengandung perintah untuk mengembangkan teknologi, kalender berbasis matahari (solar calendar) atau bulan (lunar calendar), dan energi matahari (solar energy). Juga mengandung perintah untuk menggunakan baik matahari atau bulan untuk keperluan navigasi dalam pelayaran maupun penerbangan, dan sebagainya. Begitu juga meng-gunakan malam dan siang untuk mengetahui atau mengukur biological clock kita. Demikian penjelasan dari sudut pandang saintis.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 34

34 : سورة إبراهيم

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ 34

Arti:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).  (QS. Ibrahim : 34)

Translation:
And He gave you from all you asked of Him. And if you should count the favor of Allah, you could not enumerate them. Indeed, mankind is [generally] most unjust and ungrateful.


Tafsir Tahlili:

Sebagai nikmat Allah juga ialah Dia telah menyediakan bagi manusia segala yang diperlukannya, baik diminta atau tidak, karena Allah telah menciptakan langit dan bumi ini untuk manusia. Dia menyediakan bagi manusia segala sesuatu yang ada, sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan kapan dikehendaki. Kadang-kadang manusia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi keperluan pokoknya, dimana tanpa keperluan itu, ia tidak akan hidup atau dapat mencapai cita-citanya. Keperluan seperti itu tetap dianugerahkan Allah kepadanya sekalipun tanpa diminta. Ada pula bentuk keperluan manusia yang lain yang tidak mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan berdoa, karena itu diperlukan usaha manusia untuk memperolehnya. Sangat banyak nikmat Allah swt yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, sehingga jika ada yang ingin menghitungnya tentu tidak akan sanggup. Oleh karena itu, hendaknya setiap manusia mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Mensyukuri nikmat Allah yang wajib dilakukan oleh manusia itu bukanlah sesuatu yang diperlukan oleh Allah swt. Allah Mahakaya, tidak memerlukan sesuatupun dari manusia, tetapi kebanyakan manusia sangat zalim dan mengingkari nikmat yang telah diberikan kepadanya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 35

35 : سورة إبراهيم

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ 35

Arti:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.  (QS. Ibrahim : 35)

Translation:
And [mention, O Muhammad], when Abraham said, "My Lord, make this city [Makkah] secure and keep me and my sons away from worshipping idols.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat-ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya kisah di waktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya, agar doa itu menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang Arab waktu itu, karena Ibrahim a.s. itu adalah cikal-bakal dan asal keturunan mereka. Doa itu ialah: Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri Mekah ini, negeri yang aman, tenteram, dan sentosa, serta terpelihara dari peperangan dan serangan musuh. Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan, dan Dia telah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya, menjadi tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Di negeri itu dilarang menumpahkan darah, menganiaya orang, membunuh binatang, dan menebang tumbuh-tumbuhan yang berada di sana. Allah berfirman: Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (al-Ankabut/29: 67) Orang-orang Arab dan orang-orang yang berdiam di sekitar Jazirah Arab, sejak dahulu hingga sekarang tetap memandang suci dan menghormati tanah haram itu. Bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang merasa terhina seandainya mereka tidak dapat menuntut bela atas pembunuhan atau penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kabilah terhadap anggota kabilahnya. Penuntutan bela itu merupakan suatu kewajiban suci untuk membela kehormatan kabilahnya yang telah ternoda itu. Oleh karena itu, mereka akan mengadakan penuntutan bela pada setiap kesempatan yang mungkin mereka lakukan. Kecuali jika mereka bertemu di tanah haram, mereka tidak akan melakukan penuntutan bela. Mereka menunggu di luar tanah haram. Setelah musuhnya itu keluar dari tanah haram, barulah mereka melakukan pembalasan dendam itu. Demikian pula tanah haram itu dihormati dan terpelihara dari maksud jahat orang-orang yang hendak menghancurkan Kabah dan mengotorinya. Sebagaimana yang pernah dilakukan dan dialami oleh Abrahah, gubernur Ethiopia dan tentaranya. Abrahah yang beragama Nasrani itu dapat menak-lukkan Yaman yang beragama Yahudi. Ia bermaksud mengembangkan agama Nasrani di Yaman dan menciptakan Yaman menjadi pusat agama Nasrani di Jazirah Arab. Ia mengetahui pula bahwa orang-orang di Jazirah Arab sangat menghormati Kabah. Karena itu ia ingin memalingkan perhatian orang dari menghormati dan mengunjungi Kabah kepada menghormati dan mengunjungi suatu tempat atau bangunan yang ada di Yaman. Untuk memenuhi keinginannya itu, dibuatlah sebuah gereja besar dan megah di Yaman, namun penduduk Jazirah Arab tidak tertarik minatnya untuk mengunjungi, apalagi menghormati bangunan tersebut. Karena itu timbullah amarah Abrahah, maka disiapkannya pasukan tentara yang mengendarai gajah untuk menyerbu Mekah dan menghancurkan Kabah. Sekalipun ia dan tentaranya tidak mendapat perlawanan sedikit pun dari orang Mekah waktu itu, tetapi Allah swt menghancurkan Abrahah dengan tentaranya sampai mereka cerai berai. Peristiwa kehancuran Abrahah dan bala tentaranya sewaktu menyerang Mekah ini, dilukiskan Allah swt dalam firman-Nya: Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fil/105: 1-5) Pada hadis-hadis Rasulullah saw, banyak diterangkan tentang penetapan tanah Mekah sebagai tanah haram. Bahkan pada hadis yang diriwayatkan al-Bukhari ditegaskan bahwa tanah Mekah telah ditetapkan Allah sebagai tanah haram sejak Allah menciptakan langit dan bumi: Dari shafiyah binti Syaibah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw berkhotbah pada hari penaklukan Mekah, beliau berkata, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menjadikan Mekah sebagai tanah haram pada hari penciptaan langit dan bumi, maka Dia mengharamkannya sampai hari kiamat, tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya, tidak boleh diburu binatangnya dan tidak boleh mengambil barang temuannya kecuali orang yang akan mengumumkan." (Riwayat al-Bukhari) Nabi Muhammad saw pernah berdoa kepada Allah swt agar Madinah dijadikan juga sebagai tanah haram. Doa itu diucapkan Rasulullah pada waktu kaum Muslimin menghadap beliau pada permulaan musim buah-buahan, untuk menghadiahkan buah-buahan itu kepada beliau. Tatkala beliau memegang buah-buahan yang diberikan itu, beliau berdoa: Wahai Tuhan, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu, dan nabi-Mu. Demikian pula aku adalah hamba dan nabi-Mu. Sesungguhnya Ibrahim telah berdoa kepada-Mu untuk Mekah, dan sesungguhnya aku berdoa pula untuk Madinah seperti ia mendoakan kepada-Mu untuk Mekah dan semisalnya (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah) Ibrahim juga berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah swt dari perbuatan menyembah berhala, karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah. Selanjutnya, Ibrahim menerangkan bahwa siapapun di antara anak cucunya itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya siapa pun di antara anak cucunya itu yang tidak mengikuti agamanya, dan tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun Mahakekal rahmat-Nya, Maha Penerima Tobat dengan menuntun manusia ke jalan yang benar. Hal ini berarti bahwa siapapun yang mengakui sebagai pengikut Nabi Ibrahim a.s., tentulah ia menganut agama yang berdasarkan tauhid, mengakui bahwa Tuhan itu Esa tidak beranak, tidak dilahirkan atau diciptakan, dan tidak berserikat dengan sesuatupun, sebagaimana pengakuan penganut-penganut agama yang menyatakan bahwa asal agama mereka ialah agama Nabi Ibrahim. Mustahil jika suatu agama menyatakan sebagai pengikut ajaran Ibrahim padahal mereka mempersekutukan Allah, dan tidak memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah semata. Doa Nabi Ibrahim ini tidak seluruhnya dikabulkan Allah karena banyak pula anak cucunya yang durhaka kepada Allah, di samping banyak pula yang beriman, bahkan ada pula yang diangkat menjadi nabi dan rasul. Pada ayat yang lalu Allah swt menerangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim diangkat menjadi nabi dan rasul, ia pun berdoa pula agar anak cucunya di kemudian hari diangkat pula menjadi nabi dan rasul, tetapi Allah swt menjawab bahwa tidak seluruh doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, karena orang-orang yang zalim, walaupun anak seorang nabi dan rasul, mustahil diangkat menjadi nabi dan rasul, seperti bapak dan kakeknya. Allah swt berfirman: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim." (al-Baqarah/2: 124) Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin dilarang mengangkat orang-orang zalim sebagai pemimpin-pemimpin yang akan mengurus urusan mereka. Yang akan diangkat menjadi pemimpin itu hendaklah orang-orang yang masih berjiwa bersih, suka mengerjakan amal-amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 36

36 : سورة إبراهيم

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 36

Arti:

Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  (QS. Ibrahim : 36)

Translation:
My Lord, indeed they have led astray many among the people. So whoever follows me - then he is of me; and whoever disobeys me - indeed, You are [yet] Forgiving and Merciful.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat-ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya kisah di waktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya, agar doa itu menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang Arab waktu itu, karena Ibrahim a.s. itu adalah cikal-bakal dan asal keturunan mereka. Doa itu ialah: Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri Mekah ini, negeri yang aman, tenteram, dan sentosa, serta terpelihara dari peperangan dan serangan musuh. Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan, dan Dia telah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya, menjadi tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Di negeri itu dilarang menumpahkan darah, menganiaya orang, membunuh binatang, dan menebang tumbuh-tumbuhan yang berada di sana. Allah berfirman: Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (al-Ankabut/29: 67) Orang-orang Arab dan orang-orang yang berdiam di sekitar Jazirah Arab, sejak dahulu hingga sekarang tetap memandang suci dan menghormati tanah haram itu. Bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang merasa terhina seandainya mereka tidak dapat menuntut bela atas pembunuhan atau penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kabilah terhadap anggota kabilahnya. Penuntutan bela itu merupakan suatu kewajiban suci untuk membela kehormatan kabilahnya yang telah ternoda itu. Oleh karena itu, mereka akan mengadakan penuntutan bela pada setiap kesempatan yang mungkin mereka lakukan. Kecuali jika mereka bertemu di tanah haram, mereka tidak akan melakukan penuntutan bela. Mereka menunggu di luar tanah haram. Setelah musuhnya itu keluar dari tanah haram, barulah mereka melakukan pembalasan dendam itu. Demikian pula tanah haram itu dihormati dan terpelihara dari maksud jahat orang-orang yang hendak menghancurkan Kabah dan mengotorinya. Sebagaimana yang pernah dilakukan dan dialami oleh Abrahah, gubernur Ethiopia dan tentaranya. Abrahah yang beragama Nasrani itu dapat menak-lukkan Yaman yang beragama Yahudi. Ia bermaksud mengembangkan agama Nasrani di Yaman dan menciptakan Yaman menjadi pusat agama Nasrani di Jazirah Arab. Ia mengetahui pula bahwa orang-orang di Jazirah Arab sangat menghormati Kabah. Karena itu ia ingin memalingkan perhatian orang dari menghormati dan mengunjungi Kabah kepada menghormati dan mengunjungi suatu tempat atau bangunan yang ada di Yaman. Untuk memenuhi keinginannya itu, dibuatlah sebuah gereja besar dan megah di Yaman, namun penduduk Jazirah Arab tidak tertarik minatnya untuk mengunjungi, apalagi menghormati bangunan tersebut. Karena itu timbullah amarah Abrahah, maka disiapkannya pasukan tentara yang mengendarai gajah untuk menyerbu Mekah dan menghancurkan Kabah. Sekalipun ia dan tentaranya tidak mendapat perlawanan sedikit pun dari orang Mekah waktu itu, tetapi Allah swt menghancurkan Abrahah dengan tentaranya sampai mereka cerai berai. Peristiwa kehancuran Abrahah dan bala tentaranya sewaktu menyerang Mekah ini, dilukiskan Allah swt dalam firman-Nya: Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fil/105: 1-5) Pada hadis-hadis Rasulullah saw, banyak diterangkan tentang penetapan tanah Mekah sebagai tanah haram. Bahkan pada hadis yang diriwayatkan al-Bukhari ditegaskan bahwa tanah Mekah telah ditetapkan Allah sebagai tanah haram sejak Allah menciptakan langit dan bumi: Dari shafiyah binti Syaibah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw berkhotbah pada hari penaklukan Mekah, beliau berkata, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menjadikan Mekah sebagai tanah haram pada hari penciptaan langit dan bumi, maka Dia mengharamkannya sampai hari kiamat, tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya, tidak boleh diburu binatangnya dan tidak boleh mengambil barang temuannya kecuali orang yang akan mengumumkan." (Riwayat al-Bukhari) Nabi Muhammad saw pernah berdoa kepada Allah swt agar Madinah dijadikan juga sebagai tanah haram. Doa itu diucapkan Rasulullah pada waktu kaum Muslimin menghadap beliau pada permulaan musim buah-buahan, untuk menghadiahkan buah-buahan itu kepada beliau. Tatkala beliau memegang buah-buahan yang diberikan itu, beliau berdoa: Wahai Tuhan, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu, dan nabi-Mu. Demikian pula aku adalah hamba dan nabi-Mu. Sesungguhnya Ibrahim telah berdoa kepada-Mu untuk Mekah, dan sesungguhnya aku berdoa pula untuk Madinah seperti ia mendoakan kepada-Mu untuk Mekah dan semisalnya (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah) Ibrahim juga berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah swt dari perbuatan menyembah berhala, karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah. Selanjutnya, Ibrahim menerangkan bahwa siapapun di antara anak cucunya itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya siapa pun di antara anak cucunya itu yang tidak mengikuti agamanya, dan tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun Mahakekal rahmat-Nya, Maha Penerima Tobat dengan menuntun manusia ke jalan yang benar. Hal ini berarti bahwa siapapun yang mengakui sebagai pengikut Nabi Ibrahim a.s., tentulah ia menganut agama yang berdasarkan tauhid, mengakui bahwa Tuhan itu Esa tidak beranak, tidak dilahirkan atau diciptakan, dan tidak berserikat dengan sesuatupun, sebagaimana pengakuan penganut-penganut agama yang menyatakan bahwa asal agama mereka ialah agama Nabi Ibrahim. Mustahil jika suatu agama menyatakan sebagai pengikut ajaran Ibrahim padahal mereka mempersekutukan Allah, dan tidak memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah semata. Doa Nabi Ibrahim ini tidak seluruhnya dikabulkan Allah karena banyak pula anak cucunya yang durhaka kepada Allah, di samping banyak pula yang beriman, bahkan ada pula yang diangkat menjadi nabi dan rasul. Pada ayat yang lalu Allah swt menerangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim diangkat menjadi nabi dan rasul, ia pun berdoa pula agar anak cucunya di kemudian hari diangkat pula menjadi nabi dan rasul, tetapi Allah swt menjawab bahwa tidak seluruh doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, karena orang-orang yang zalim, walaupun anak seorang nabi dan rasul, mustahil diangkat menjadi nabi dan rasul, seperti bapak dan kakeknya. Allah swt berfirman: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim." (al-Baqarah/2: 124) Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin dilarang mengangkat orang-orang zalim sebagai pemimpin-pemimpin yang akan mengurus urusan mereka. Yang akan diangkat menjadi pemimpin itu hendaklah orang-orang yang masih berjiwa bersih, suka mengerjakan amal-amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 37

37 : سورة إبراهيم

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ 37

Arti:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.  (QS. Ibrahim : 37)

Translation:
Our Lord, I have settled some of my descendants in an uncultivated valley near Your sacred House, our Lord, that they may establish prayer. So make hearts among the people incline toward them and provide for them from the fruits that they might be grateful.


Tafsir Tahlili:

Ayat ini menerangkan saat Ibrahim a.s. akan kembali ke Palestina menemui istrinya Sarah, meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil di Mekah, di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ditemani oleh seorang manusia pun dan tanpa bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan. Waktu itulah ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, mohon agar keluarganya itu dilindungi dan diselamatkan dari segala bahaya dan bencana yang mungkin akan menimpanya. Ibrahim a.s. adalah nabi dan rasul yang diutus menyeru raja Namrudz, raja Babilonia dan rakyatnya, agar mereka mengikuti agama Allah. Setelah menerima siksaan, halangan, dan ancaman dari raja Namrudz dan pengikut-pengikutnya, Ibrahim meninggalkan Babilonia dan akhirnya menetap di Palestina, bersama istrinya Sarah dan pembantu istrinya seorang wanita yang bernama Hajar. Karena Sarah wanita yang mandul, maka Ibrahim a.s. tidak mempunyai seorang putra pun, sedang umurnya telah menginjak masa tua. Sekalipun demikian keinginannya untuk mempunyai seorang putra tetap merupakan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya. Oleh karena itu, dinikahinya pembantu istrinya bernama Hajar itu setelah mendapat izin dan persetujuan dari Sarah. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang putra yang bernama Ismail dan dengan kelahiran itu pula, terkabullah cita-cita Ibrahim yang diingininya selama ini. Kesayangan Ibrahim kepada putranya Ismail dan bertambah cintanya kepada Hajar menimbulkan rasa cemas dan iri hati pada diri Sarah. Cemas karena khawatir akan berkurang cinta Ibrahim kepadanya, dan iri hati karena ia sendiri tidak dapat memenuhi keinginan Ibrahim untuk memperoleh seorang putra sebagai penerus hidupnya, sedang pembantunya Hajar dapat memenuhi keinginan suaminya. Sarah menyampaikan perasaan hatinya itu kepada suaminya Ibrahim, dan meminta dengan sangat agar Ibrahim membawa dan menjauhkan Hajar dan putranya Ismail darinya. Dengan demikian, ia tidak lagi melihat kebahagiaan Hajar dan semakin bertambah dewasanya Ismail. Ibrahim dapat merasakan betapa dalam cintanya kepada Sarah. Ia pun khawatir kalau-kalau Sarah sedih jika permintaan itu tidak dikabulkan. Oleh karena itu, Ibrahim pun mengabulkan permintaan Sarah. Maka dibawanya Hajar dan putranya, Ismail yang masih kecil, berjalan mengikuti untanya tanpa mengetahui tujuannya, dalam keadaan iba dan terharu mengingat nasib yang akan dialami oleh istrinya dan putranya nanti. Dalam keadaan yang demikian, tanpa disadarinya, sampailah ia ke daerah yang asing baginya, suatu daerah yang terletak di antara bukit-bukit batu yang gersang, yang sekarang bernama kota Mekah. Pada waktu itu, Mekah merupakan daerah dataran rendah padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Tidak ditemukan suatu sumber air. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa di tempat itu terdapat sebatang pohon kayu, dan di bawah pohon itulah Ibrahim dan keluarganya berteduh dan melepaskan lelah dari perjalanan yang jauh dari Palestina sampai ke Mekah sekarang ini. Setelah beberapa hari Ibrahim menemani Hajar dan putranya di tempat itu, ia pun teringat kepada istrinya Sarah yang ditinggalkannya di Palestina. Ingin kembali ke Palestina, ia tak sampai hati pula meninggalkan Hajar dan putranya. Dalam keadaan demikian, ia pun memutuskan akan kembali ke Palestina dan meminta persetujuan dari Hajar. Di waktu ia meminta persetujuan dan kerelaan hati Hajar, maka Hajar bertanya kepada Ibrahim, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu agar aku ditempatkan di daerah sunyi lagi tandus ini?" Ibrahim menjawab, "Benar." Hajar menjawab, "Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita." Maka berangkatlah Ibrahim ke Palestina, menemui istrinya Sarah dan meninggalkan istri dan putranya Ismail yang masih kecil di tempat itu, di tengah-tengah panas matahari membakar padang pasir, tanpa rumah tempat berteduh, dan perbekalan yang cukup, kecuali sekendi air untuk pelepas haus. Ketika Hajar dan putranya sampai kepada suatu tempat, yang waktu itu semua perbekalan dan air minum telah habis, putranya Ismail menangis kehausan, sedang air susunya tidak mengalir lagi. Ia bermaksud mencari air, dan ditidurkannya putranya di bawah pohon tempat ia berteduh. Ia pun pergi ke mana saja yang dianggapnya ada air, namun ia tidak menemukannya setetes pun. sehingga, tanpa disadarinya ia telah berlari-lari kecil pulang balik tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah, tetapi ia belum juga memperoleh air barang setetes pun. Maka dengan rasa sedih dan putus asa, ia kembali ke tempat putranya yang ditinggalkan. Waktu itu Ismail sedang menangis kehausan sambil memukul-mukulkan kakinya ke tanah. Hajar pun berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Dalam keadaan yang demikian, Ibrahim yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Palestina, ingat akan istri dan putranya yang ditinggalkan dan nasib yang mungkin sedang dideritanya, karena diperkirakan makanan dan air yang ia tinggalkan telah habis. Lalu ia pun berdoa sebagaimana terdapat dalam ayat itu, "Wahai Tuhanku, aku telah menempatkan sebagian keturunanku, yaitu istri dan anakku Ismail, yang akan melanjutkan keturunanku, di lembah padang pasir yang tandus lagi gersang, di dekat tempat akan didirikan Kabah, rumah-Mu nanti, yang dihormati, yang Engkau akan melarang manusia mencemarkan kehormatannya, dan yang akan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai daerah haram, yaitu dilarang di tanah itu berperang dan menumpahkan darah." Doa Ibrahim dan istrinya Hajar itu dikabulkan Tuhan. Waktu itu juga, terpancarlah air dari tanah bekas pukulan kaki anaknya Ismail yang sedang menangis. Di saat itu pula, timbullah pada diri Hajar rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang tiada terhingga, dan timbullah dalam hatinya harapan akan kelangsungan hidupnya dan putranya lalu diminumkannya air itu kepada putranya Ismail. Karena khawatir air itu habis dan lenyap kembali ke dalam pasir, maka ia mengumpulkan air itu dengan tangannya, seraya berkata, "Zam! Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!)" Dan terkumpullah air itu, tidak kering-kering sampai sekarang dan bernama Telaga Zamzam. Dengan adanya Telaga Zamzam di tempat itu, banyaklah orang yang lewat meminta air ke sana. Tatkala Bani Jurhum melihat adanya sumber air di tempat itu, maka mereka minta izin kepada Hajar tinggal bersama di sana, dan Hajar pun mengabulkan permintaan itu. Sejak itu, mulailah kehidupan di daerah yang tandus itu, semakin hari semakin banyak pendatang yang menetap. Akhirnya timbullah negeri dan kebudayaan, sehingga daerah tersebut menjadi tempat jalan lintas perdagangan antara barat dan timur. Setelah Ismail dewasa, ia menikah dengan salah seorang wanita Bani Jurhum, pendatang baru itu, yang kemudian menurunkan keturunan yang merupakan cikal-bakal penghuni negeri itu. Keturunan itu berkembang biak, mendiami negeri Mekah dan sekitarnya. Dari keturunan Ismail inilah nanti, lahir Nabi Muhammad di kemudian hari, sebagai nabi dan rasul Allah yang penghabisan. Dalam ayat di atas, selanjutnya diterangkan bahwa Ibrahim a.s. berdoa kepada Tuhan agar memelihara keturunannya yang ada di Mekah, menjadi-kan mereka sebagai orang-orang taat mengerjakan salat, menghambakan dan menundukkan dirinya kepada Tuhan. Ia juga meminta agar Tuhan menjadi-kan hati manusia cenderung, cinta, dan kasih kepada keturunannya itu, diberi rezeki, dan didatangkan bahan makanan dan buah-buahan ke negeri yang tandus itu, karena di negeri itu tidak mungkin hidup tumbuh-tumbuhan yang diperlukan sebagai bahan makanan. Doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah swt. Terbukti sejak dahulu hingga sekarang banyak manusia yang mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, serta melihat bekas peninggalan-peninggalan dan perjuangan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Demikian pula banyak didatangkan ke bumi yang tandus itu pelbagai macam barang keperluan yang diperlukan penghuni negeri itu, seperti bahan makanan, buah-buahan, dan barang pakaian sampai barang mewah. Penganugerahan karunia yang berlipat ganda itu ditegaskan dalam firman Allah swt: Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qashash/28: 57) Allah swt menganugerahkan rezeki dan kekayaan yang banyak kepada penduduk dan negeri Arab itu agar mereka mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga Baitullah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diperoleh selama hidup di dunia ini, adalah untuk keperluan beribadah kepada Tuhan. Dengan hasil yang diperoleh itu, dapat disempurnakan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan penghentian larangan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 38

38 : سورة إبراهيم

رَبَّنَآ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِى وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَىٰ عَلَى ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ 38

Arti:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.  (QS. Ibrahim : 38)

Translation:
Our Lord, indeed You know what we conceal and what we declare, and nothing is hidden from Allah on the earth or in the heaven.


Tafsir Tahlili:

Selanjutnya Nabi Ibrahim berdoa, "Wahai Tuhan kami, sesungguh-nya Engkau mengetahui segala yang tersimpan dalam hati kami termasuk di dalamnya segala yang tersirat dan tergores dalam hati kami. Engkau mengetahui pula segala yang kami ucapkan dan nyatakan termasuk di dalamnya doa-doa yang telah kami panjatkan kepada Engkau. Tidak ada sesuatupun yang tidak Engkau ketahui segala yang ada di bumi maupun di langit, karena semua itu hanya Engkaulah yang menciptakan, memiliki, dan mengaturnya, perkenankanlah doa kami, Ya Tuhan kami." Ayat ini mengajarkan kepada kaum Muslimin cara-cara berdoa yang baik sesuai dengan ketentuan agama, yaitu berdoa dengan hati yang bersih, penuh keyakinan akan kebesaran dan kekuasaan Allah, dan isi doa itu melukiskan keinginan untuk menyempurnakan penghambaan diri kepada Tuhan, bukan untuk mencapai sesuatu cita-cita untuk kepentingan dan kesenangan diri dan merugikan orang lain. Doa yang dimohonkan Nabi Ibrahim itu ditujukan agar Tuhan menjadikannya dan anak cucunya hamba Allah yang taat, dan agar anak cucunya itu diberi rezeki, sehingga dengan rezeki itu mereka dapat menyempurnakan penghambaan dirinya kepada Allah. Dengan rezeki itu pula, mereka dapat membela dan mengembangkan agama Allah serta menjadi pelayan dan khadam Kabah, rumah Allah.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 39

39 : سورة إبراهيم

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى وَهَبَ لِى عَلَى ٱلْكِبَرِ إِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ 39

Arti:

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.  (QS. Ibrahim : 39)

Translation:
Praise to Allah, who has granted to me in old age Ishmael and Isaac. Indeed, my Lord is the Hearer of supplication.


Tafsir Tahlili:

Ibrahim a.s. memanjatkan puja kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, yang telah menganugerahkan kepadanya dua orang putra yang terbaik, di saat-saat ia dan istrinya telah lanjut usia, tidak mungkin mempunyai putra lagi, bahkan istrinya Sarah telah putus asa dan merasa dirinya tidak mungkin lagi mempunyai anak. Waktu itulah ia dianugerahi putra yang bernama Ishak dan sebelumnya ia telah dianugerahi putra dari istrinya Hajar. Sekalipun Sarah telah sangat tua dan tidak mungkin lagi melahirkan anak, tetapi keinginan mempunyai putra selalu menjadi idamannya, lebih-lebih setelah mendengar Ismail telah bertambah dewasa, selalu dikunjungi oleh suaminya Ibrahim, ke tempat ia dibesarkan di Mekah yang sangat jauh jaraknya dari Palestina. Timbul rasa iri hatinya kepada Hajar, bekas pembantunya, apalagi setelah dinikahi Ibrahim atas izinnya pula. Ditambah pemikiran Sarah, kenapa pembantunya dikaruniai Allah swt seorang putra, sedangkan dia sendiri belum juga lagi dianugerahi. Rasa iri itu semakin lama semakin besar. Dalam keadaan demikianlah, malaikat datang kepada dua orang suami istri yang telah lanjut usia itu, menyampaikan perintah Allah untuk memberitahukan berita gembira bahwa mereka akan dianugerahi Allah seorang putra yang bernama Ishak, seorang anak laki-laki yang akan diangkat menjadi nabi dan rasul di kemudian hari. Berita itu diterima oleh Ibrahim, terutama Sarah, dengan rasa heran dan tidak percaya, tetapi penuh harapan. Ia hampir tidak percaya berita itu karena umurnya telah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan anak. Menurut kelaziman, wanita yang seumur dia mustahil melahirkan anak. Sekalipun demikian, ia juga mempunyai harapan karena berita itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang disampaikan oleh malaikat pesuruh-Nya. Ia yakin dan percaya bahwa Tuhan kuasa menciptakan yang dikehendaki-Nya, semua mudah bagi Tuhan. Penyampaian berita oleh malaikat kepada Ibrahim dan Sarah bahwa mereka akan mempunyai putra, dilukiskan dalam firman Allah swt: Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan setelah Ishak (akan lahir) Yakub. Dia (istrinya) berkata, "Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib." Mereka (para malaikat) berkata, "Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih." (Hud/11: 71-73) Dan firman Allah swt: (Mereka) berkata, "Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang pandai (Ishak)." Dia (Ibrahim) berkata, "Benarkah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, lalu (dengan cara) bagaimana kamu memberi (kabar gembira) tersebut?" (Mereka) menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa." Dia (Ibrahim) berkata, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat." (al-hijr/15: 53-56) Ibrahim memanjatkan puji dan syukur kepada Allah, yang Maha Pemurah atas anugerah-Nya yang lain, yaitu mengabulkan doa-doanya, seperti menjadikan tanah Mekah dan sekitarnya sebagai tanah haram, menjadikan dia dan sebagian keturunannya orang yang saleh bahkan mengangkat dua orang putranya, Ismail dan Ishak, menjadi nabi dan rasul. Apa yang dirasakan Ibrahim a.s. waktu memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan ini dapat dimaklumi, betapa bahagianya ia dan keluarganya setelah berusaha dengan keras, mengalami cobaan-cobaan yang sangat berat, mendapat halangan dan rintangan dari bapak dan kaumnya, kemudian pada saat umurnya dan istrinya semakin tua, ia melihat semua hasil usahanya itu, hampir semua yang pernah dimohonkannya kepada Tuhan dahulu, dikabulkan. Bahkan cita-citanya memperoleh keturunan, yang semula dirasakannya tidak akan mungkin terwujud, kemudian atas kehendak Tuhan Yang Maha Pemurah, akhirnya terkabul juga, sehingga lahirlah putra yang kedua, yaitu Ishak.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 40

40 : سورة إبراهيم

رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ 40

Arti:

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.  (QS. Ibrahim : 40)

Translation:
My Lord, make me an establisher of prayer, and [many] from my descendants. Our Lord, and accept my supplication.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini dilukiskan lagi pernyataan syukur Ibrahim pada Allah atas segala rahmat-Nya. Ia bertambah tunduk dan patuh kepada Allah, dan berdoa agar Allah menjadikan keturunannya selalu mengerjakan salat, tidak pernah lalai mengerjakannya sedikit pun, sempurna rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan sempurna pula hendaknya mengerjakan sunah-sunahnya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan. Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya selalu mengerjakan salat, karena salat itu adalah pembeda antara mukmin dan kafir dan merupakan pokok ibadah yang diperintahkan Allah. Orang yang selalu mengerjakan salat, akan mudah baginya mengerjakan ibadah-ibadah lain dan amal-amal saleh. Salat dapat mensucikan jiwa dan raga karena salat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah swt: ¦dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Ankabut/29: 45) Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt agar menerima ibadah-ibadahnya. Keinginan beribadah kepada Tuhan ini lebih diutamakannya dari keinginan mengikuti kehendak bapaknya, sebagaimana firman Allah swt: Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (Maryam/19: 48) Yang dimaksud dengan doa dalam ayat ini adalah ibadah. Rasulullah saw menyatakan bahwa doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca firman Allah swt: Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud. (al-Araf/7: 206)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 41

41 : سورة إبراهيم

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ 41

Arti:

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".  (QS. Ibrahim : 41)

Translation:
Our Lord, forgive me and my parents and the believers the Day the account is established."


Tafsir Tahlili:

Ibrahim a.s. berdoa agar Allah mengampuni segala kesalahannya, kesalahan ibu-bapaknya, dan kesalahan orang-orang yang beriman pada hari dimana Allah menghimpun mereka untuk dihisab segala amal dan perbuatannya yang telah dikerjakan semasa hidup di dunia dahulu. Diriwayatkan dari al-Hasan bahwa ibu Ibrahim adalah seorang yang beriman kepada Allah, sedang bapaknya adalah orang yang kafir. Ia memohonkan ampun bagi bapaknya itu karena ia pernah berjanji akan memohon ampun bagi bapaknya. Akan tetapi, tatkala ternyata bapaknya tetap dalam kekafirannya dan menjadi musuh Allah, maka ia berlepas diri darinya, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (at-Taubah/9: 114)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 42

42 : سورة إبراهيم

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَٰرُ 42

Arti:

Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,  (QS. Ibrahim : 42)

Translation:
And never think that Allah is unaware of what the wrongdoers do. He only delays them for a Day when eyes will stare [in horror].


Tafsir Tahlili:

Disebutkan dalam sejarah bahwa orang musyrik Mekah selalu menghalang-halangi dan menentang Nabi Muhammad dan para sahabat dalam melaksanakan dakwah sebagaimana yang telah diperintahkan Tuhan kepada mereka. Semakin hari halangan dan rintangan itu semakin bertambah, bahkan sampai kepada penganiayaan dan pemboikotan. Banyak para sahabat yang dianiaya. Mereka tidak mau mengadakan hubungan jual-beli, hubungan persaudaraan dan hubungan tolong-menolong dengan kaum Muslimin. Demikian beratnya siksaan dan penganiayaan itu hampir-hampir para sahabat Nabi berputus asa. Sementara itu orang-orang musyrik kelihatannya seakan-akan diberi hati oleh Allah dengan memberikan kekuasaan dan kekayaan harta. Tindakan mereka semakin hari semakin membabi buta. Dalam keadaan yang demikian, Allah memperingatkan Nabi Muhammad saw dengan ayat yang menyatakan, "Wahai Muhammad, janganlah kamu menyangka Allah swt lengah dan tidak memperhatikan tindakan dan perbuatan orang-orang musyrik Mekah yang zalim itu. Tindakan dan perbuatan mereka itu adalah tindakan dan perbuatan yang menganiaya diri mereka sendiri. Allah pasti mencatat segala perbuatan mereka. Tidak ada satupun yang luput dari catatannya. Semua tindakan dan perbuatan mereka itu akan diberi balasan yang setimpal. Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang menyala-nyala di akhirat nanti." Dengan turunnya ayat ini, hati Nabi dan para sahabat menjadi tenteram. Semangat juang mereka bertambah. Mereka meningkatkan usaha mengembangkan agama Allah. Semakin berat tekanan dan penganiayaan yang dilakukan kaum musyrikin, semakin bertambah pula usaha mereka menyiarkan agama Islam, karena mereka percaya bahwa Allah pasti akan menepati janji-Nya. Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, tetapi yang dimaksud ialah seluruh umat Nabi Muhammad, termasuk umatnya yang hidup pada masa kini. Oleh karena itu, kaum Muslimin tidak perlu terpengaruh oleh kehidupan orang-orang yang zalim yang penuh kemewahan dan kesenangan, seakan-akan mereka umat yang disenangi Allah. Semuanya itu hanyalah merupakan cobaan Tuhan dan sifatnya sementara, sampai kepada waktu yang ditentukan, yaitu hari yang penuh dengan huru-hara dan kesengsaraan, di suatu hari dimana mata manusia membelalak ketakutan menghadapi balasan yang akan diberikan Allah.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 43

43 : سورة إبراهيم

مُهْطِعِينَ مُقْنِعِى رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْـِٔدَتُهُمْ هَوَآءٌ 43

Arti:

mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.  (QS. Ibrahim : 43)

Translation:
Racing ahead, their heads raised up, their glance does not come back to them, and their hearts are void.


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini, Allah swt menerangkan keadaan orang-orang yang zalim selama hidup di dunia, yaitu keadaan mereka dibangkitkan dari kubur, kemudian menuju Padang Mahsyar, mereka datang bergegas memenuhi panggilan penyeru yang menyeru mereka dengan penuh kehinaan. Keadaan mereka seperti orang yang akan menjalani hukuman gantung. Mereka berjalan menuju ke depan dengan tidak berpaling ke kanan dan ke kiri, pelupuk mata mereka tidak bergerak dan mata mereka tidak berkedip sedikit pun. Hati mereka waktu itu dalam keadaan kosong dan hampa, tidak memikirkan sesuatupun kecuali rasa takut menghadapi azab mengerikan yang segera akan menimpa mereka. Pada ayat lain, Allah swt melukiskan keadaan orang-orang kafir yang dibangkitkan dari kubur, yaitu: Maka berpalinglah engkau (Muhammad) dari mereka pada hari (ketika) penyeru (malaikat) mengajak (mereka) kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, dengan patuh mereka segera datang kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang sulit." (al-Qamar/54: 6-8) Dan firman Allah swt: (Yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka. (al-Maarij/70: 43-44)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 44

44 : سورة إبراهيم

وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ فَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَآ أَخِّرْنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوٓا۟ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ 44

Arti:

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?  (QS. Ibrahim : 44)

Translation:
And, [O Muhammad], warn the people of a Day when the punishment will come to them and those who did wrong will say, "Our Lord, delay us for a short term; we will answer Your call and follow the messengers." [But it will be said], "Had you not sworn, before, that for you there would be no cessation?


Tafsir Tahlili:

Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan agar memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan orang-orang musyrik Mekah, yaitu tentang keluhan dan rintihan yang keluar dari mulut mereka ketika azab menimpa mereka di akhirat nanti sambil memohon, "Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kesempatan yang lain lagi, walaupun beberapa saat saja untuk menaati seruan-Mu dan mengikuti ajaran rasul-Mu dengan mengembalikan kami ke dunia. Jika kesempatan itu benar-benar diberikan kepada kami pasti kami akan mengikuti perintah-Mu dan menghentikan larangan-Mu, kami benar-benar akan memurnikan ketaatan kepada-Mu saja, kami tidak akan menyekutukan-Mu lagi wahai Tuhan kami." Permohonan mereka dijawab Allah swt dengan firman-Nya: Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati." Tidak demikian (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (an-Nahl/16: 38) Menurut riwayat al-Baihaqi dari Muhammad bin Kaab Al-Quradhi, ia berkata, "Penghuni neraka berdoa kepada Allah lima kali. Empat kali dijawab Allah sedang doa yang kelima dijawab Allah dengan perintah agar mereka tidak berkata lagi dan agar tetap mendekam di dalam neraka." Doa-doa itu tersebut dalam firman Allah sebagai berikut : Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (Gafir/40: 11) Permintaan ini dijawab Allah swt dengan firman-Nya: Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah dipersekutukan, kamu percaya. Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar. (Gafir/40:12) Doa penghuni neraka yang kedua ialah sebagaimana firman Allah swt: Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin." (As-Sajdah/32:12) Permintaan mereka ini dijawab Allah swt dalam firman-Nya: Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan." (as-Sajdah/32: 14) Doa penghuni neraka kali yang ketiga ialah sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt: ¦maka orang yang zalim berkata, "Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul¦." (Ibrahim/14: 44) Permintaan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam firman-Nya: (Kepada mereka dikatakan), "Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (Ibrahim/14: 44) Doa penghuni neraka kali yang keempat ialah sebagaimana firman Allah swt: Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu." (Fathir/35: 37) Allah swt menjawab permintaan mereka dalam firman-Nya: Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun. (Fathir/35: 37) Dan penghuni neraka berdoa sebagai yang tersebut dalam firman-Nya: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (kembalikanlah kami ke dunia), jika kami masih juga kembali (kepada kekafiran), sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim." (al-Muminun/23: 107) Akhirnya Allah swt menjawab dengan tegas: Dia (Allah) berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku." (al-Muminun/23: 108) Setelah jawaban Allah swt yang kelima, maka mulut penghuni neraka terbungkam, tidak ada lagi doa, selain dari jeritan yang keluar dari mulut mereka, karena sangat berat azab neraka yang menimpa mereka.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 45

45 : سورة إبراهيم

وَسَكَنتُمْ فِى مَسَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ ٱلْأَمْثَالَ 45

Arti:

dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan".  (QS. Ibrahim : 45)

Translation:
And you lived among the dwellings of those who wronged themselves, and it had become clear to you how We dealt with them. And We presented for you [many] examples."


Tafsir Tahlili:

Ayat ini mengingatkan Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman bahwa orang-orang yang zalim tersebut pernah tinggal di negeri orang-orang yang pernah menganiaya diri mereka sendiri dan berbuat kebinasaan di muka bumi, seperti yang pernah dilakukan kaum ad dan tsamud. Telah jelas azab yang ditimpakan Allah kepada mereka dan bekas-bekasnya terdapat di negeri-negeri itu berdasarkan kisah yang tersebut dalam Al-Quran. Demikian pula Allah swt telah memberikan perumpamaan-perumpamaan bagi kaum Muslimin tentang akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang zalim itu di dunia dan di akhirat kelak. Seandainya kaum Muslimin melakukan tindakan dan perbuatan seperti yang telah dilakukan orang-orang yang zalim itu, pasti mereka akan ditimpa azab pula, seperti azab yang telah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim dahulu. Karena itu, hendaknya kaum Muslimin mengambil pelajaran dari kisah-kisah dan peristiwa orang-orang dahulu itu.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 46

46 : سورة إبراهيم

وَقَدْ مَكَرُوا۟ مَكْرَهُمْ وَعِندَ ٱللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِن كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ ٱلْجِبَالُ 46

Arti:

Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.  (QS. Ibrahim : 46)

Translation:
And they had planned their plan, but with Allah is [recorded] their plan, even if their plan had been [sufficient] to do away with the mountains.


Tafsir Tahlili:

Allah swt menerangkan dalam ayat ini bahwa orang-orang kafir Mekah telah membuat rencana jahat untuk mematahkan perjuangan kaum Muslimin. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa setiap rencana jahat mereka pasti diketahui Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah sedikit pun. Allah menggagalkan setiap usaha mereka, sehingga cita-cita dan tujuan mereka itu tidak akan tercapai. Sebenarnya usaha mereka itu sangat besar, sehingga jika rencana itu digunakan untuk menghancur-leburkan gunung yang sangat kokoh pun akan terlaksana. Tetapi segala rencana mereka betapapun besarnya tidak akan dapat mengalahkan mukjizat Allah, tidak dapat menghapuskan ayat-ayat-Nya, dan tidak mampu menghambat perkembangan agama Islam di muka bumi. Ayat ini mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin dan kehancuran orang-orang musyrik Mekah dalam waktu yang dekat. Ayat ini berlaku juga bagi kaum Muslimin pada masa kini, asal saja mereka meningkatkan daya dan usaha mereka, selalu sabar dan tabah menghadapi berbagai penderitaan dan cobaan yang ditimpakan oleh rencana jahat orang-orang kafir.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 47

47 : سورة إبراهيم

فَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِۦ رُسُلَهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ ذُو ٱنتِقَامٍ 47

Arti:

Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan.  (QS. Ibrahim : 47)

Translation:
So never think that Allah will fail in His promise to His messengers. Indeed, Allah is Exalted in Might and Owner of Retribution.


Tafsir Tahlili:

Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt tidak akan memungkiri janji-Nya, betapapun besarnya rencana jahat orang-orang kafir itu, janganlah dikira bahwa Allah akan menyalahi janji yang telah dibuat-Nya dengan para rasul. Janji itu ialah: Allah pasti menolong rasul-rasul-Nya dan orang-orang yang beriman besertanya, sehingga mereka memperoleh kemenangan. Demikian pula Allah tidak akan menyalahi janji-Nya untuk mengazab orang kafir di akhirat nanti, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya yang terdahulu: Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim/14: 42) Pada akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa Dia Mahaperkasa dan Mahakeras siksa-Nya. Tidak seorangpun yang sanggup menghindarkan diri dari tuntutan-Nya. Dia pasti membalas dan menyiksa orang-orang yang menghalang-halangi rasul-rasul-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 48

48 : سورة إبراهيم

يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ 48

Arti:

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.  (QS. Ibrahim : 48)

Translation:
[It will be] on the Day the earth will be replaced by another earth, and the heavens [as well], and all creatures will come out before Allah, the One, the Prevailing.


Tafsir Tahlili:

Ayat ini menerangkan bahwa waktu pembalasan dan pelaksanaan siksa itu ialah pada hari yang bumi ditukar dengan bumi lain, pada saat Allah menghancurkan langit dan segala yang ada di dalamnya dan menukarnya dengan langit yang lain. Pada waktu itu bumi, bulan, dan segala bintang akan berbenturan, sehingga pecah hancur seperti debu dan beterbangan seperti awan, kemudian terjadilah bumi dan langit yang lain. Berkata Ibnu Abbas, "Bumi yang lain itu tidak lain adalah bumi yang telah berubah sifatnya dari bumi yang sekarang ini, seperti telah berpindah gunungnya, dan tidak mengalir airnya, dan mati lautnya, tidak berombak dan tidak pula tenang." Dari ayat dan riwayat Ibnu Abbas di atas dapat dipahami bahwa nanti pada hari kiamat seluruh semesta ini akan hancur lebur. Masing-masing berbenturan dengan yang lain, sehingga pecah bertaburan dan beterbangan di angkasa beberapa waktu lamanya, kemudian membentuk seperti bentuk bumi dan langit, tetapi ia bukan bumi dan langit yang sekarang ini. Keadaan manusia pada saat itu dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadis ini: Dari Aisyah ia berkata, "Saya adalah manusia yang pertama kali menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw tentang ayat ini." Aisyah berkata, "Saya menanyakan, "Dimana manusia ketika itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Di atas shirath (jalan lurus)." (Riwayat Muslim)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 49

49 : سورة إبراهيم

وَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُّقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ 49

Arti:

Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.  (QS. Ibrahim : 49)

Translation:
And you will see the criminals that Day bound together in shackles,


Tafsir Tahlili:

Ayat-ayat ini menerangkan keadaan manusia waktu dibangkitkan dari kubur setelah kehancuran dunia. Mereka bangkit dari kubur menuju dan berhenti di hadapan Allah Yang Maha Perkasa untuk menerima keputusan hukuman. Pada hari itu, tidak ada teman akrab yang dapat membantu dan menolong, tidak ada anak dan famili yang dapat menghibur hati dari perasaan gundah yang sedang terasa dan tidak seorangpun yang dapat berlindung diri kepada seseorang pun, kecuali kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah Allah swt menggambarkan kekuasaan dan keperkasaan-Nya pada hari itu, Dia menggambarkan kelemahan dan ketidakberdayaan orang-orang yang berdosa waktu itu dengan menerangkan keadaan mereka yang sedang diazab, yaitu: 1. Orang yang berdosa waktu itu diikat menjadi satu dengan yang lain, mulai dari tangan sampai ke kaki mereka bersama-sama dengan sesembahan mereka waktu hidup di dunia. Keadaan mereka ini menunjukkan kesamaan sikap dan tindakan mereka sewaktu hidup di dunia. Karena sama-sama kafir kepada Allah, maka sepantasnya mereka sama-sama mendapat azab pula, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya: Maka mereka (sesembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat, dan bala tentara Iblis semuanya. (asy-Syuara/26: 94-95) 2. Mereka memakai pakaian yang terbuat dari aspal. Yang dimaksud oleh ayat ini bukanlah pakaian dalam arti yang sebenarnya, tetapi seluruh tubuh orang-orang yang berdosa waktu itu diliputi oleh aspal panas. Dengan demikian, dapat digambarkan empat macam azab yang sedang diderita oleh orang-orang kafir itu, yaitu aspal panas yang membakar dan menghanguskan tubuh, bergejolaklah api di tubuh, warna hitam yang mengerikan, dan bau daging yang membusuk. 3. Muka mereka dijilat api. Senada dengan ayat ini, firman Allah swt: Pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka." (al-Qamar/54: 48)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 50

50 : سورة إبراهيم

سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ 50

Arti:

Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,  (QS. Ibrahim : 50)

Translation:
Their garments of liquid pitch and their faces covered by the Fire.


Tafsir Tahlili:

Ayat-ayat ini menerangkan keadaan manusia waktu dibangkitkan dari kubur setelah kehancuran dunia. Mereka bangkit dari kubur menuju dan berhenti di hadapan Allah Yang Maha Perkasa untuk menerima keputusan hukuman. Pada hari itu, tidak ada teman akrab yang dapat membantu dan menolong, tidak ada anak dan famili yang dapat menghibur hati dari perasaan gundah yang sedang terasa dan tidak seorangpun yang dapat berlindung diri kepada seseorang pun, kecuali kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah Allah swt menggambarkan kekuasaan dan keperkasaan-Nya pada hari itu, Dia menggambarkan kelemahan dan ketidakberdayaan orang-orang yang berdosa waktu itu dengan menerangkan keadaan mereka yang sedang diazab, yaitu: 1. Orang yang berdosa waktu itu diikat menjadi satu dengan yang lain, mulai dari tangan sampai ke kaki mereka bersama-sama dengan sesembahan mereka waktu hidup di dunia. Keadaan mereka ini menunjukkan kesamaan sikap dan tindakan mereka sewaktu hidup di dunia. Karena sama-sama kafir kepada Allah, maka sepantasnya mereka sama-sama mendapat azab pula, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya: Maka mereka (sesembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat, dan bala tentara Iblis semuanya. (asy-Syuara/26: 94-95) 2. Mereka memakai pakaian yang terbuat dari aspal. Yang dimaksud oleh ayat ini bukanlah pakaian dalam arti yang sebenarnya, tetapi seluruh tubuh orang-orang yang berdosa waktu itu diliputi oleh aspal panas. Dengan demikian, dapat digambarkan empat macam azab yang sedang diderita oleh orang-orang kafir itu, yaitu aspal panas yang membakar dan menghanguskan tubuh, bergejolaklah api di tubuh, warna hitam yang mengerikan, dan bau daging yang membusuk. 3. Muka mereka dijilat api. Senada dengan ayat ini, firman Allah swt: Pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka." (al-Qamar/54: 48)




Tafsir Surat Ibrahim ayat 51

51 : سورة إبراهيم

لِيَجْزِىَ ٱللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ 51

Arti:

agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.  (QS. Ibrahim : 51)

Translation:
So that Allah will recompense every soul for what it earned. Indeed, Allah is swift in account.


Tafsir Tahlili:

Allah swt melakukan yang demikian itu pada hari kiamat adalah untuk memberi pembalasan kepada manusia terhadap apa yang pernah mereka kerjakan selama hidup di dunia. Mereka memperoleh pahala atau siksa neraka sesuai dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Pada hari itu, Allah swt menghisab dengan cepat hamba-Nya.




Tafsir Surat Ibrahim ayat 52

52 : سورة إبراهيم

هَٰذَا بَلَٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا۟ بِهِۦ وَلِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ 52

Arti:

(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.  (QS. Ibrahim : 52)

Translation:
This [Qur'an] is notification for the people that they may be warned thereby and that they may know that He is but one God and that those of understanding will be reminded.


Tafsir Tahlili:

Pada penutup surah ini, Allah swt menerangkan bahwa Al-Quran yang mulia ini berisi pengajaran, peringatan, dan kabar menakutkan yang disampaikan rasul-Nya kepada manusia, karena sebagian ayat-ayat-Nya menerangkan akibat yang akan dialami orang-orang berdosa di akhirat nanti. Manusia yang mau mengambil pelajaran dari ayat-ayatnya akan berbahagia hidupnya di dunia, dan di akhirat akan memperoleh kesenangan dan kenikmatan di dalam surga sebagai balasan dari perbuatan baik yang telah mereka lakukan. Hal ini dijelaskan oleh firman Allah swt: Katakanlah, "Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Quran kepadanya). (al-Anam/6: 19) Dan firman Allah swt: Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (Ibrahim/14: 1) Demikian pula agar manusia menjadikan dalil-dalil dan hujjah yang terdapat dalam Al-Quran sebagai dasar untuk menetapkan dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain dari Tuhan Yang Maha Esa. Dia yang menaklukkan matahari, bulan, bintang-bintang, malam, siang, laut, dan udara untuk manusia dan menurunkan hujan dari langit agar air hujan itu menumbuhkan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Dalam laut terdapat bermacam-macam karunia Tuhan, seperti ikan, mutiara, bahan tambang, dan sebagainya yang merupakan rezeki halal bagi manusia. Hanya saja banyak manusia yang tidak mau mengakui adanya nikmat Allah yang beraneka ragam itu.